Jumat, 15 November 2013

Contoh resensi

Format Resensi
a)      Judul                           : Kebebasan Abadi
b)      Pengarang                   : C.M. Nas
c)      Penerbit                       : Balai Pustaka
d)     Tahun Terbit                : Jakarta, 1995
e)      Cetakan                       : Cetakan Pertama 1986
                                      Cetakan Kedua 1995
f)       Jumlah Hal                  :  49

                   Masalah Buku
                        “Bagaimana cara untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan dengan    mencontoh perilaku para pejuang kemerdekaan pada zaman dahulu”.

                   Biografi pengarang   
                        CM. Nas, lahir tanggal 12 April 1933 di Salatiga. Pendidikan: setelah         menempuh SMA di Medan, ia mengikuti pendidikan di Akademi Film    Nasional, Universitas Jayabaya, Jakarta. Ia juga pernah mengikuti        penataran         Sutradara Film yang diadakan oleh Departemen penerangan, tahun             1978.
                        Pengalaman pekerjaan: Tahun 1951 menjadi pegawai Kantor Perumahan     Medan, cabang tebing tinggi. Tahun 1952 menjadi guru SMP “Perguruan    Kita” di Sumatra Utara. Tahun 1965 pimpinan Redaksi Mingguan        Indonesia jaya di Jakarta. Sekarang ia menjadi wartawan Free-lance,          disamping menulis                         cerita anak-anak.
                        Selain menulis dan bergerak di bidang pers. CM. Nas juga aktif dalam        bidang seni sastra , seni rupa, seni drama dan film.

            Sekelompok para pejuang kita pada zaman perang, yang terdiri dari empat laki-laki yaitu seorang kapten, sersan, komandan, dan juru mudi dan satu perempuan yaitu seorang juru rawat. Mereka ber-empat sedang ditugaskan untuk membantu para warga yang sedang membutuhkan bantuan dan perlindungan dari  tentara jepang yang sewaktu-waktu bisa menyerbu wilayah tersebut. Karena letak tepat warga tersebut berada di pulau yang sangat terpencil, mulanya masing-masing dari mereka mempunyai pasukan tapi karena perjalanan jauh dan kehabisan perbekalan jadi banyak sekali dari pasukan tersebut yang meninggal saat perjalanan menuju pulau yang bernama hisnan ini.
            Kemudian pun hanya tersisa 4 orang tersebut yang masing-masing sebagai pemimpin disetiap bidangnya dan dengan keadaan yang  bisa dibilang hampir sama dengan warga penduduk pulau tersebut maka bukannya mereka yang harus membantu para warga tersebut tapi malah para warga yang membantu dan itu menyebabkan sang kapten menjadi sangat gengsi sekali dengan para warga karena dia menganggap kalau harga dirinya seperti diinjak-injak dan membuat ego sang kapten menjadi sangat menonjol sekali yang berakibat kebencian kepada sang kapten antara juru rawat, juru mudi, dan sersan pun timbul.
            Pertengkaran itu terus berlanjut hingga membuat kejenuhan dalam pikiran sang kapten sehingga ia instropeksi diri karena ia merasa bahwa penyebab pertengkaran ini dimulai dari egonya sendiri yang tak bisa ia kendalikan, akhirnya pada suatu malam ia terbangun dari tidur malamnya dan pergi ke sungai, di sungai tersebut tiba-tiba ia teringat pada masa kecilnya disaat Indonesia masih berbentuk kerajaan, dimasa itu indonesia sangat makmur sekali karena masih tidak ada penjajahan seperti sekarang ini terjadi, kemudia ia berkata “Aku sangat mendambakan kebebasan abadi di bumi Khatulistiwa ini tanpa ada penjajahan seperti ini”.
            Sang surya pun menampakkan sinarnya dan saat itu juga sang kapten mengajak berunding ketiga temannya tersebut untuk merundingkan permasalahan yang saat ini belum terpecahkan yaitu pertentangan diantara mereka semua, perbincangan dimuali dengan kata-kata maaf sang kapten yang mengaku bahwa dia telah salah dengan tidak bisa mengendaikan nafsunya yang mengakibatkan perpecahan diantara mereka dan juga akibat lainnya adalah mereka tak bisa melaksanakan tugasnya dengan baik. Teman- temannya menerima permintaan maaf sang kapten dengan baik dan tiba-tiba salah satu dari mereka yaitu sang juru rawat berkata,“ Mungkin perang bisa saja mewujudkan yang tak mungkin terjadi menjadi sebuah kenyataan tapi ingatlah bahwa tanpa perang pun kita bisa mewujudkan sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin asal kita selalu bersatu memegang teguh pancasila”, dan mulai saat itu juga perpecahan diantara mereka terselesaikan, masing-masing dari mereka berjanji tak akan terjadi perpecahan seperti ini lagi dan akan selalu menjalankan tugasnya dengan hikmat dan ikhlas dan lebih mengutamakan akal pikiran dari pada ego masing-masing.

Menurut saya buku ini sangat bagus sekali karena buku ini menyimpan cerita yang sangat seru sekali untuk dibaca selain itu buku ini juga mengajarkan bagaimana kita menghargai pertemanan dan keharmonisan antar sesama manusia dengan mencontoh perilaku para pejuang kemerdekaan kita, tapi dalam buku ini ada juga sedikit kekurangannya meliputi :
1.     penggunaan kata-kata kasar yang yang sebaiknya di hapus saja dari buku ini dan diganti dengan kata-kata yang lebih enak didengar seperti contohnya adalah kata “Bangsat” di halaman 16 pada kalimat  “kau langsung menghina Bangsat ketika kau diledek !” dan juga dalam kalimat “ Kau memang sudah sakit, Bangsat!”
2.     kalimat-kalimat dalam cerita ini sedikit sulit untuk dimengerti.

Tapi jika dilihat dari keseluruhannya seperti variasi Bahasa, cover buku, alur cerita, dan amanat yang diberikan oleh sang pengarang buku ini, menurut saya layak untuk dibaca dan sangat baik untuk mendidik para pembaca agar bersifat cinta tanah air, saling menghargai, tau apa arti persahabatan. Dan diharapkan si pembuat buku membaca resensi saya ini, diharapkan agar hasil jika beliau merilis buku lagi membuat buku bisa lebih maksimal dan sempurna lagi.

3 komentar:

  1. Bung Jay saya cucu dr penulis buku ini, mohon referensinya, dmn saya bisa mendapatkan bukubtsb. Trmksh

    BalasHapus
  2. Halo Alamanda Kusplania,Aku Dila dari Teater Syahid UIN jakarta yang ingin membawakan pentas dengan naskah Kebebasan abadi, apakah kamu benar cucunya?. Kalau benar, boleh saya minta informasi tentang C.M.Nas? Apakah C.M.Nas masih hidup atau sudah meninggal?, kalau boleh tau dimana keluarga Beliau sekarang?. Kami dari Teater Syahid ingin bersilahturahim dengan Beliau. Terima kasih

    BalasHapus