Daftar
isi
·
Biografi Adolf Hitler
Biografi Adolf Hitler
Adolf Hitler adalah seorang politisi Jerman dan ketua Partai Nazi (bahasa
Jerman: Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP); Partai Pekerja Jerman
Sosialis Nasional) kelahiranAustria. Ia menjabat sebagai Kanselir Jerman sejak
1933 sampai 1945 dan diktatorJerman Nazi (bergelar Führer und
Reichskanzler) mulai tahun 1934 sampai 1945. Hitler menjadi tokoh utama
Jerman Nazi, Perang Dunia
II di Eropa, dan Holocaust.
Hitler adalah veteran Perang
Dunia I dengan banyak gelar.
Ia bergabung dengan Partai Pekerja Jerman (pendahulu NSDAP) pada tahun 1919, dan
menjadi ketua NSDAP tahun 1921. Tahun 1923, ia melancarkan kudeta di Munich yang dikenal dengan
peristiwa Beer
Hall Putsch. Kudeta yang gagal tersebut berujung dengan ditahannya Hitler.
Di penjara, Hitler menulis memoarnya, Mein Kampf (Perjuanganku). Setelah bebas
tahun 1924, Hitler mendapat dukungan rakyat dengan mengecam Perjanjian Versailles dan menjunjung Pan-Jermanisme, antisemitisme,
dan anti-komunisme melalui pidatonya yang karismatik dan propaganda Nazi. Setelah
ditunjuk sebagai kanselir pada tahun 1933, ia mengubah Republik
Weimar menjadi Reich
Ketiga, sebuah kediktatoran satu partai yang didasarkan pada ideologi Nazisme
yang totalitarian dan otokratik.
Tujuan Hitler adalah mendirikan Orde Baru hegemoni Jerman Nazi yang absolut di daratan
Eropa. Sampai saat itu, kebijakan luar dan dalam negerinya bertujuan mencapaiLebensraum ("ruang hidup") bagi kaum Jermanik. Ia
memerintahkan Jerman dipersenjatai kembali dan Wehrmacht menginvasi
Polandia pada bulan September
1939, menyebabkan pecahnya Perang Dunia
II di Eropa. Di bawah pemerintahan Hitler, pada tahun 1941 pasukan Jerman
dan sekutu
Eropanya menduduki sebagian
besar Eropa dan Afrika Utara. Tahun
1943, Jerman terpaksa bertahan diri dan mengalami serangkaian kekalahan dalam
pertempuran. Pada hari-hari terakhir perang, saatPertempuran Berlin berlangsung tahun 1945, Hitler
menikahi kekasih lamanya, Eva Braun.
Tanggal 30 April 1945, kurang dari dua hari kemudian, keduanya bunuh diri agar tidak ditangkap Angkatan Darat Merah,
lalu mayat mereka dibakar.
Kebijakan Hitler yang supremasis dan termotivasi oleh ras mengakibatkan kematian sekitar 50 juta
orang selama Perang Dunia II, termasuk 6 juta kaum Yahudi dan 5 juta etnis "non-Arya"
yang pemusnahan sistematisnya diperintahkan oleh Hitler dan rekan-rekan
terdekatnya.
1.
Tahun-tahun pertama
1.1 Nenek moyang
Ayah Hitler, Alois
Hitler (1837–1903), adalah
anak tidak sah dari Maria Anna Schicklgruber.
Catatan baptis tidak menyebutkan nama ayah Alois, sehingga Alois memakai nama
belakang ibunya. Pada tahun 1842, Johann Georg Hiedler menikahi Anna. Setelah Anna meninggal
dunia tahun 1847 dan Johann tahun 1856, Alois dibesarkan di keluarga adik
Hiedler, Johann Nepomuk Hiedler.[2] Pada tahun 1876, Alois disahkan dan
catatan baptisnya diubah oleh seorang pendeta di hadapan tiga saksi mata.[3] Saat diadili di Nuremberg tahun
1945, pejabat Nazi Hans Frank menyebut keberadaan surat-surat yang
mengklaim bahwa ibu Alois bekerja sebagai pembantu rumah tanga untuk sebuah
keluarga Yahudi di Graz dan bahwa putra keluarga tersebut yang
berusia 19 tahun, Leopold Frankenberger,
merupakan ayah Alois.[4] Akan tetapi, tidak ada nama
Frankenberger yang tercatat di Graz pada masa itu dan catatan keluarga Leopold
Frankenberger tidak pernah dibuat.[5] Para sejarawan meragukan klaim bahwa
ayah Alois adalah seorang Yahudi.[6][7]
Pada usia 39 tahun, Alois memilih nama
belakang "Hitler", bisa dieja "Hiedler",
"Hüttler", atau "Huettler". Asal kata namanya adalah
"seseorang yang tinggal di rumah" (Jerman
Standar Hütte),
"penggembala" (Jerman Standar hüten "menjaga", Inggris
"heed"), atau daribahasa Slavik Hidlar dan Hidlarcek
1.2
Masa kanak-kanak dan pendidikan
Adolf Hitler
lahir tanggal 20 April 1889 di Gasthof zum Pommer, sebuah penginapan di
Salzburger Vorstadt 15, Braunau am Inn, Austria-Hongaria.[9] Ia adalah anak
keempat dari enam bersaudara dari pasangan Alois Hitler dan Klara Pölzl (1860–1907).
Abang dan kakak Hitler – Gustav, Ida, dan Otto – meninggal saat masih
bayi.[10] Saat Hitler berusia tiga tahun,
keluarga mereka pindah ke Passau, Jerman.[11] Di sana ia mempelajari dialek Bayern Hilir, bukannya bahasa Jerman Austria, yang menjadi
ciri khas gaya bicaranya seumur hidup.[12][13][14] Tahun 1894,
keluarga mereka pindah lagi ke Leonding (dekat Linz), dan pada Juni
1895, Alois menetap di sebuah lahan kecil di Hafeld, dekat Lambach, tempat ia
bertani dan beternak lebah. Adolf bersekolah di kota
tetangga, Fischlham. Hitler mulai suka
mempelajari perang setelah menemukan buku bergambar tentang Perang
Perancis-Prusia milik ayahnya.[15][16]
Perpindahan mereka ke Hafeld merupakan
awal dari konflik ayah-anak yang intens akibat Adolf menolak mematuhi peraturan
ketat di sekolahnya.[17] Usaha pertanian Alois Hitler di Hafeld
gagal dan pada tahun 1897 mereka pindah ke Lambach. Hitler yang masih berusia 8
tahun mengikuti les menyanyi, bernyanyi dengan paduan suara gereja, dan bahkan
semapt mempertimbangkan diri untuk menjadi pendeta.[18] Tahun 1898, keluarga mereka pindah
permanen ke Leonding. Kematian adiknya, Edmund, akibat cacar pada 2
Februari 1900 sangat mempengaruhi kehidupan Hitler. Ia berubah dari sosok yang
percaya diri, mudah bergaul, dan pintar, menjadi bocah yang murung, menarik
diri, dan cemberut yang sering bertengkar dengan ayah dan gurunya.[19]
Alois memiliki
karier yang sukses di biro bea cukai dan ingin anaknya mengikuti jejaknya.[20] Hitler kemudian
mendramatisir sebuah peristiwa ketika ayah Hitler membawanya berkunjung ke
kantor bea cukai, menyebutnya sebagai peristiwa yang membangkitkan antagonisme
tanpa ampun antara ayah dan anak, yang keduanya sama-sama berkeinginan kuat. Mengabaikan
keinginan putranya untuk masuk SMA klasik dan menjadi seorang seniman, Alois
mengirim Adolf keRealschule di Linz pada
bulan September 1900. (Ini
adalah SMA yang sama yang kelak dimasuki Adolf Eichmann 17 tahun
kemudian.)] Hitler menolak
keputusan ini, dan dalam buku Mein Kampf, Hitler
mengungkapkan bahwa ia berprestasi buruk di sekolah, sambil berharap bahwa
setelah ayahnya melihat "kemajuan kecil yang aku buat di sekolah teknik,
ia akan membiarkanku mengejar mimpiku."
Hitler terobsesi dengan nasionalisme Jerman sejak masih muda, Ia menunjukkan kesetiaannya terhadap Jerman,
membenci monarki
Habsburg yang semakin kacau
dan pemerintahannya di kekaisaran yang dihuni berbagai etnis. Hitler dan teman-temannya memakai kata
sambutan Jerman "Heil", dan menyanyikan lagu kebangsaan Jerman "Deutschland Über Alles"
alih-alih lagu kebangsaan
Kekaisaran Austria.
Setelah kematian mendadak Alois
tanggal 3 Januari 1903, prestasi Hitler di sekolah memburuk. Ibunya mengizinkan
Hitler berhenti sekolah pada musim gugur 1905. Ia bersekolah di Realschule di Steyr pada September 1904; perilaku dan
prestasinya membaik. Pada musim
gugur 1905, setelah lulus ujian susulan dan ujian akhir, Hitler berhenti
sekolah tanpa keinginan apapun untuk melanjutkan sekolah atau membina karier.
1.3
Masa remaja di Wina dan Munich
Sejak 1905,
Hitler menjalani kehidupan bohemia di Wina yang didanai
oleh tunjangan anak yatim dan bantuan dari ibunya. Ia bekerja sebagai buruh
biasa, lalu seorang pelukis yang menjual lukisan cat air. Akademi Seni Rupa Wina dua kali menolak
Hitler, yaitu tahun 1907 dan 1908, dikarenakan "tidak cocok melukis".
Direktur akademi menyarankan agar Hitler mempelajari arsitektur,[34] namun ia tidak memenuhi persyaratan
akademik.[35] Pada tanggal 21
Desember 1907, ibunya meninggal dunia pada usia 47 tahun. Setelah ditolak
Akademi untuk kedua kalinya, Hitler kehabisan uang. Tahun 1909, ia tinggal di
tempat penampungan tunawisma, dan pada tahun 1910, ia menetap di sebuah rumah pekerja
miskin di Meldemannstraße.[36] Saat Hitler
tinggla di sana, Wina adalah tempat penuh prasangka agama dan rasisme.[37]Kekhawatiran
bahwa Wina akan dipenuhi imigran dari Timur meluas, dan walikotanya yang
populis, Karl Lueger,
mengeksploitasi retorika antisemitisme untuk
kepentingan politiknya. Antisemitisme pan-Jermanik Georg Schönerer mendapat
dukungan kuat di distrik Mariahilf, tempat Hitler
tinggal.[38] Hitler membaca
koran-koran setempat, seperti Deutsches
Volksblatt, yang mengompori prasangka dan membakar ketakutan umat Kristen
yang khawatir akan terusir oleh membanjirnya pendatang Yahudi dari timur.[39] Menolak apa yang
disebutnya sebagai "Jermanofobia" Katolik, ia mulai menyukai Martin Luther.[40]
Asal usul dan kapan Hitler menunjukkan
antisemitismenya sulit dilacak.[41] Hitler menyebutkan dalam Mein Kampf bahwa berubah menjadi seorang
antisemit di Wina.[42] Sahabatnya, August Kubizek, mengaku
bahwa Hilter adalah seorang "antisemit resmi" sebelum meninggalkan
Linz.[43] Kesaksian Kubizek ditantang oleh
sejarawanBrigitte Hamann, yang
menulis bahwa Kubizek adalah satu-satunya orang yang mengatakan bahwa Hitler
muda adalah seorang antisemit.[44] Hamann juga menulis bahwa belum ada
pernyataan antisemit yang keluar dari mulut Hitler pada masa itu.[45]Sejarawan Ian Kershaw berpendapat bahwa jika Hitler pernah
berkata seperti itu, perkataannya tidak diketahui karena antisemitisme di Wina
sudah biasa pada saat itu.[46] Sejumlah sumber memberikan bukti kuat
bahwa Hitler memiliki teman-teman Yahudi di penginapannya dan tempat-tempat
lain di Wina.[47][48] Sejarawan Richard J. Evans menyatakan bahwa "para sejarawan
sekarang setuju bahwa anti-Semitismenya yang terkenal baru muncul setelah
kekalahan Jerman [dalam Perang Dunia I], sebagai efek samping dari jawaban paranoid
'pengkhianatan' terhadap
peristiwa ini".[49]
Hitler mewarisi bagian terakhir dari
harta ayahnya pada bulan Mei 1913 dan pindah ke Munich.[50] Para sejarawan yakin ia keluar dari
Wina untuk menghindari wajib militer ke Angkatan Darat Austria.[51] Hitler kemudian mengklaim bahwa ia
tidak mau berdinas diKekaisaran Habsburg karena percampuran "ras" di
dalam tubuh AD.[50] Setelah ia dinyatakan tidak cocok
berdinas—karena gagal tes fisik di Salzburg tanggal 5 Februari 1914—ia pulang ke
Munich.[52]
1.4
Perang Dunia I
Saat Perang Dunia I pecah, Hitler
adalah penduduk kota Munich dan dengan sukarela berdinas di Angkatan Darat Bayern sebagai warga negara Austria.[53] Ditempatkan di Resimen
Infanteri Cadangan Bayern 16 (Kelompok
Resimen ke-1),[54][53] Hitler berperan sebagai pengirim berita di Front Barat di Perancis dan Belgia,[55] menghabiskan nyaris separuh waktunya
di belakang garis depan.[56][57] Ia terlibat dalam Pertempuran Ypres Pertama, Pertempuran
Somme, Pertempuran Arras,
dan Pertempuran Passchendaele, dan sempat
terluka di Somme.[58]
Ia diberi
penghargaan Iron Cross, Second Class,
pada tahun 1914 atas keberaniannya.[58] Karena
disarankan Hugo Gutmann, Hitler
menerima Iron Cross, First Class, pada tanggal 4 Agustus 1918,[59] sebuah
penghargaan yang jarang disematkan pada seseorang berpangkat seperti Hitler (Gefreiter). Pekerjaan
Hitler di kantor pusat resimen, yaitu berinteraksi penuh dengan perwira senior,
mungkin membantu dirinya mendapatkan penghargaan ini.[60] Meski aksinya
dianggap berani, namun tetap tidak dapat disebut sangat terpuji.[61] Hitler juga
menerima Black Wound Badge pada 18 Mei
1918.[62]
Selama berdinas di kantor pusat,
Hitler mengembangkan bakat seninya dengan menggambar kartun dan instruksi untuk
surat kabar angkatan darat. Pada Pertempuran Somme bulan Oktober 1916, ia
terluka di bagian paha[63] atau betis kiri oleh granat yang
meledak di parit pengirim berita.[64] Hitler menghabiskan hampir dua bulan
di rumah sakit Palang Merah di Beelitz, lalu kembali ke
resimennya pada 5 Maret 1917.[65] Pada 15 Oktober 1918, Hitler buta
sementara akibat serangan gas mustar dan terpaksa diinapkan di rumah sakit Pasewalk.[66] Di sana, Hitler mengetahui kekalahan
Jerman,[67] dan setelah mendapatkan berita
tersebut, ia mengaku buta kembali.[68
Hitler menjadi jengkel karena upaya
perang Jerman gagal dan karena itu pula perkembangan ideologinya perlahan
terbentuk.[69] Ia menyebut Perang Dunia I sebagai
"pengalaman terhebat seumur hidup" dan ia dipuji oleh para
komandannya atas keberaniannya.[70] Pengalaman ini memperkuat
patriotismenya terhadap Jerman dan ia terkejut oleh penyerahan diri Jerman pada bulan November 1918.[71] Seperti para nasionalis Jerman
lainnya, ia percaya terhadapDolchstoßlegende (legenda pengkhianatan) yang mengklaim
bahwa Angkatan Darat Jerman yang "tak terkalahkan di lapangan" telah
"ditusuk dari belakang" di front dalam negeri oleh para pemimpin warga sipil dan
kaum Marxis, yang
kemudian dijuluki "para kriminal November".[72]
Perjanjian Versailles menekankan bahwa Jerman harus
mengembalikan sejumlah wilayah yang diduduki dan mendemiliterisasi Rhineland. Perjanjian ini
memberlakukan sanksi ekonomi dan reparasi berat terhadap Jerman. Banyak warga
Jerman memandang perjanjian ini—khususnyaArtikel 231 yang menyebut Jerman bertanggung jawab
atas semua akibat perang—sebagai suatu upaya mempermalukan Jerman.[73] Perjanjian Versailles dan kondisi
ekonomi, sosial, dan politik di Jerman pascaperang kemudian dieksploitasi oleh
Hitler untuk kepentingan politiknya.[74]
2.
Kancah politik
Setelah Perang Dunia I, Hitler pulang
ke Munich.[75] Tanpa pendidikan formal dan prospek
karier, ia mencoba bertahan di AD selama mungkin.[76] Pada Juli 1919, ia ditunjuk sebagai Verbindungsmann (agen intelijen) untuk sebuah Aufklärungskommando (komando mata-mata) milik Reichswehr untuk mempengaruhi tentara lain dan
menyusup ke Partai Pekerja Jerman (DAP). Saat mengawasi aktivitas DAP,
Hitler tertarik pada pemikiran sang pendiri partai, Anton Drexler, yang antisemit,
nasionalis, anti-kapitalis,
dan anti-Marxis.[77] Drexler menyukai pemerintahan aktif
yang kuat, versi sosialisme non-Yahudi, dan solidaritas kalangan
masyarakat. Terpukau oleh kemampuan pidato Hitler, Drexler mengundangnya untuk
bergabung dengan DAP. Hitler menerima tawaran tersebut pada 12 September 1919[78] dan menjadi anggota partai ke-55.[79]
Di DAP, Hitler bertemu dengan Dietrich Eckart, salah
seorang pendiri partai dan anggota kelompok rahasia Thule Society.[80] Eckart menjadi guru Hitler, sempat
bertukar pikiran dengannya dan memperkenalkannya dengan berbagai macam tokoh
masyarakat Munich.[81] Demi meningkatkan daya tariknya, DAP
mengubah namanya menjadi Nationalsozialistische
Deutsche Arbeiterpartei (Partai
Pekerja Jerman Sosialis Nasional – NSDAP).[82] Hitler merancang bendera swastika di dalam lingkaran putih berlatar
belakang merah untuk partai ini.[83]
Hitler keluar dari AD pada Maret 1920
dan mulai bekerja purnawaktu untuk NSDAP. Pada Februari 1921—saat sudah cakap
berpidato di hadapan kerumunan besar—ia berpidato di hadapan 6.000 orang di
Munich.[84] Untuk mempublikasikan pertemuan
tersebut, dua truk pendukung partai berkeliling kota sambil mengibarkan bendera
swastika dan menyebar brosur. Popularitas Hitler segera naik gara-gara pidatopolemiknya yang kasar terhadap Perjanjian
Versailles, pesaing politik, dan kaum Marxis dan Yahudi.[85] Pada waktu itu, NSDAP berkantor pusat
di Munich, lahan subur bagi kaum nasionalis Jerman anti-pemerintah yang ingin
menghancurkan Marxisme dan melecehkan Republik
Weimar.[86]
Pada bulan Juni 1921, saat Hitler dan
Eckart sedang dalam perjalanan penggalangan dana ke Berlin, sebuah
pemberontakan terjadi di dalam tubuh NSDAP di Munich. Sejumlah anggota komite
eksekutif, beberapa di antaranya menganggap Hitler terlalu sombong, ingin
bergabung dengan pesaing mereka, Partai Sosialis Jerman (DSP).[87] Hitler pulang ke Munich tanggal 11
Juli dan mempertegas pengunduran dirinya. Anggota komite kemudian menyadari
pengunduran diri Hitler berarti partai bubar.[88] Hitler mengumumkan akan bergabung
kembali dengan syarat ia menggantikan Drexler sebagai ketua partai dan kantor
pusat partai harus tetap berada di Munich.[89] Komite setuju; Hitler bergabung
kembali dengan partai sebagai anggota ke-3.680. Ia masih mendapat sejumlah
pertentangan di internal NSDAP: Hermann Esser dan sekutunya menerbitkan 3.000
pamflet yang menyerang Hitler sebagai pengkhianat partai.[89][a]Pada
hari-hari berikutnya, Hitler berbicara di hadapan kerumunan mempertahankan
dirinya dan mendapat sambutan luar biasa. Strateginya terbukti berhasil: pada
rapat anggota umum, ia diberi kekuasaan absolut sebagai ketua partai dengan
satu suara menentang.[90]
Pidato Hitler yang bersemangat di aula
bir mulai menarik para pendengar setia. Ia mulai terbiasa memakai tema populis yang ditargetkan pada pendengarnya,
termasuk pemakaian kambing
hitam yang bisa disalahkan
atas kesulitan ekonomi para pendengarnya.[91][92][93] Sejarawan mencatat dampak hipnotis
dari kata-katanya terhadap kerumunan besar, dan matanya terhadap kerumunan
kecil. Kessel menulis, "Dengan luar biasa ... warga Jerman berbicara
dengan mistifikasi pesona 'hipnotis' Hitler. Kata itu muncul lagi dan lagi;
Hitler dikatakan berhasil memukau bangsa ini, membawa mereka ke dalam keadaan
trans di mana mereka tidak bisa melepaskan diri."[94] Sejarawan Hugh Trevor-Roper mendeskripsikan "pesona
pandangannya yang menyihir banyak orang yang masih waras."[95] Ia memakai magnetisme pribadinya dan
pemahaman terhadap psikologi kerumunan untuk mendapat keunggulan saat berpidato
di hadapan publik.[96][97] Alfons Heck, mantan anggota Pemuda
Hitler, mendeskripsikan reaksi terhadap pidato Hitler: "Kami terbakar
dengan kebanggaan nasionalis yang sudah mencapai tingkat histeria. Pada
menit-menit terakhir, kami berteriak sekencang mungkin dengan derai air mata: Sieg Heil, Sieg Heil, Sieg Heil! Sejak saat itu, diri saya adalah milik
tubuh dan jiwa Adolf Hitler".[98] Meski kemampuan pidato dan
kepribadiannya dapat diterima secara baik oleh kerumunan besar dan acara-acara
resmi, sejumlah orang yang pernah bertemu Hitler secara pribadi mengatkan bahwa
penampilan dan perilakunya gagal memberi pesona yang bertahan lama.[99][100]
Para pengikut pertamanya meliputi Rudolf Hess,
mantan pilot AU Hermann
Göring, dan kapten AD Ernst
Röhm. Röhm menjadi kepala organisasi paramiliter Nazi, Sturmabteilung (SA, "Tentara Penyerbu"),
yang bertugas melindungi rapat dan sering menyerang pesaing politik. Pengaruh
kritis terhadap pemikirannya pada masa itu adalah Aufbau Vereinigung,[101] sebuah kelompok konspirasi para
pengungsi Rusia Putih dan Sosialis Nasional awal. Kelompok
yang didanai sejumlah tokoh industrialis kaya seperti Henry Ford ini memperkenalkan Hitler dengan ide
konspirasi Yahudi yang mengaitkan keuangan internasional dengan Bolshevisme.[102]
2.1
Bierkeller Putsch
Hitler meminta bantuan Jenderal Perang
Dunia I Erich Ludendorff untuk melakukan kudeta bernama "Bierkeller
Putsch". Partai Nazi memakai Fasisme Italia sebagai model penampilan dan kebijakan
mereka. Hitler ingin meniru "Pawai di Roma"-nyaBenito
Mussolini (1922) dengan
membuat kudetanya sendiri di Bayern, lalu diikuti dengan melawan pemerintahan
di Berlin. Hitler dan Ludendorff mencari dukunganStaatskommissar (komisaris negara) Gustav von Kahr, pemimpin
de facto Bayern. Namun Kahr dan Kepala Polisi Hans Ritter von
Seisser (Seißer) dan Jenderal
Reichswehr Otto von Lossow ingin mendirikan kediktatoran
nasionalis tanpa keterlibatan Hitler.[103]
Hitler hendak merengkuh momen kritis
ini demi meraih dukungan luas dari rakyat.[104]Pada
tanggal 8 November 1923, ia dan SA menyerbu rapat umum 3.000 orang yang diselenggarakan
Kahr di Bürgerbräukeller, sebuah
aula bir besar di Munich. Hitler menyerobot pidato Kahr dan mengumumkan bahwa
revolusi nasional telah dimulai dan mendeklarasikan pembentukan pemerintahan
baru bersama Ludendorff.[105] Mundur ke ruang belakang, Hitler,
dengan pistol genggamnya, menuntut dan mendapat dukungan Kahr, Seisser, dan
Lossow.[105] Pasukan Hitler awalnya berhasil
menduduki Reichswehr dan markas polisi setempat; sayangnya, Kahr dan
rekan-rekannya menarik dukungan mereka dan baik AD maupun polisi negara tidak
bergabung dengan Hitler.[106] Keesokan harinya, Hitler dan para
pengikutnya berpawai dari aula bir keKementerian
Perang Bayern untuk
menggulingkan pemerintahan Bayern, tetapi berhasil dibubarkan polisi.[107] 16 anggota NSDAP dan 4 polisi tewas dalam kudeta gagal
ini.[108]
Hitler kabur ke rumah Ernst Hanfstaengl dan menurut sejumlah orang ia sempat
mempertimbangkan bunuh diri.[109] Ia depresi namun tenang saat ditahan
tanggal 11 November 1923 akibat pengkhianatan
tingkat tinggi.[110] Pengadilannya dimulai bulan Februari
1924 di hadapan Pengadilan Rakyat istimewa di Munich,[111] dan Alfred Rosenberg menjadi ketua sementara NSDAP. Pada
tanggal 1 April, Hitler dihukum lima tahun penjara di Penjara Landsberg.[112] Ia ditangani secara baik oleh para
penjaga; ia diizinkan menerima surat dari para pendukungnya dan kunjungan rutin
oleh rekan-rekan partai. Mahkamah Agung Bayern mengeluarkan pengampunan dan
Hitler dibebaskan dari penjara pada tanggal 20 Desember 1924, bertentangan
dengan keberatan jaksa negara.[113]Jika
dihitung secara keseluruhan, Hitler hanya mendekam selama satu tahun lebih di
penjara.[114]
Di Landsberg, Hitler mendiktekan
sebagian besar volume pertama Mein Kampf(Perjuanganku;
awalnya berjudul Empat
Setengah Tahun Perjuangan Melawan Kebohongan, Kebodohan, dan Kepengecutan)
kepada wakilnya, Rudolf Hess.[114]Buku
tersebut, didedikasikan kepada anggota Thule Society Dietrich Eckart, adalah
sebuah otobiografi sekaligus pemaparan ideologinya. Mein Kampf dipengaruhi oleh The Passing
of the Great Race karya Madison Grant, yang Hitler
anggap "Injilku".[115] Buku tersebut menjadi dasar rencana
Hitler untuk mengubah masyarakat Jerman menjadi satu berdasarkan ras. Sejumlah
kalimat di dalamnya menekankan genosida.[116]Diterbitkan
dalam dua volume tahun 1925 dan 1926, buku ini terjual sebanyak 228.000
eksemplar antara 1925 dan 1932. Satu juga eksemplar terjual pada 1933, tahun
pertama Hitler menjabat. [117]
2.2
Membangun kembali NSDAP
Setelah Hitler dibebaskan dari penjara,
politik di Jerman sudah kurang bersaing dan ekonomi membaik, sehingga membatasi
kesempatan Hitler memenuhi tujuan politiknya. Akibat Bierkeller Putsch yang
gagal tersebut, NSDAP dan organisasi terkait dilarang berdiri di Bayern. Dalam
pertemuan dengan Perdana Menteri BayernHeinrich Held tanggal 4 Januari
1925, Hitler setuju menghormati kewenangan negara: ia hanya akan mengejar
kekuasaan politik melalui proses demokratis. Pertemuan ini berhasil mencabut
larangan terhadap NSDAP.[118] Akan tetapi, Hitler
dilarang berpidato di hadapan publik, [119] sebuah larangan yang
tetap berlaku sampai 1927.[120] Untuk memajukan
ambisi politiknya meski dilarang, Hitler menunjuk Gregor Strasser, Otto Strasser, dan Joseph Goebbels untuk mendirikan dan
mengembangkan NSDAP di Jerman utara. Seorang strategiwan berbakat, Gregor
Strasser, membuat jalur politik yang lebih independen dengan menekankan elemen
sosialis dari program partai ini.[121]
Bursa saham di Amerika Serikat jatuh pada tanggal 24
Oktober 1929.
Dampaknya di Jerman begitu parah: jutaan orang di-PHK dan sejumlah bank besar
bangkrut. Hitler dan NSDAP bersiap untuk memanfaatkan peristiwa ini demi
mendulang dukungan bagi partai mereka. Mereka berjanji menghapus Perjanjian
Versailles, memperkuat ekonomi, dan menyediakan lapangan kerja.[122]
3.
Masa pemerintahan
3.1
Pemerintahan Brüning
Depresi
Besar di Jerman memberi
kesempatan politik bagi Hitler. Penduduk Jerman setengah mendukung setengah
menentang republik parlementer,
yang menghadapi tekanan besar dari kaum ekstremis sayap kanan dan kiri. Partai
politik moderat tidak mampu membendung gelombang ekstremisme, dan referendum Jerman 1929 berhasil membawa ideologi Nazi ke
permukaan.[124] Pemilihan umum September 1930 berakhir
dengan terpecahnya koalisi besar dan digantikan oleh kabinet minoritas.
Ketuanya, kanselir Heinrich Brüning dari Partai Tengah,
memerintah menggunakan dekrit daruratdari
presiden Paul von Hindenburg. Pemerintahaan menggunakan
dekrit akan menjadi norma baru dan membuka jalan bagi pemerintahan otoriter.[125] NSDAP bangkit dari ketidakjelasan
menjadi pemenang 18,3% suara dan 107 kursi parlemen dalam pemilu tahun 1930,
menjadikannya partai terbesar kedua di parlemen.[126]
Hitler hadir pada pengadilan dua
perwira Reichswehr, Letnan Richard Scheringer dan Hans Ludin, pada musim gugur
1930. Keduanya dituduh memiliki keanggotaan di NSDAP yang pada waktu itu tidak
diperbolehkan untuk personil Reichswehr.[127]Hakim
berpendapat bahwa NSDAP adalah partai ekstremis, sehingga pengacara terdakwa Hans Frank terpaksa memanggil Hitler untuk
bersaksi di pengadilan.[128] Pada tanggal 25 September 1930 Hitler
bersaksi bahwa partainya hanya mengejar kekuasaan politik melalui pemilihan
umum yang dmeokratis,[129] sebuah kesaksian yang memberinya
dukungan dari korps Reichswehr.[130]
Tindakan Brüning yang keras membawa
sedikit perbaikan terhadap ekonomi dan sangat tidak merakyat.[131] Hitler memanfaatkannya dengan
menargetkan pesan-pesan politiknya khusus kepada orang-orang yang terkena
dampak inflasi 1920-an dan Depresi Besar, seperti petani, veteran perang, dan
kelas menengah.[132]
Hitler secara resmi melepaskan
kewarganegaraan Austrianya pada 7 April 1925, tetapi belum memperoleh kewarganegaraan
Jerman. Nyaris selama 7 tahun ia adalah orang tanpa negara, tidak bisa
menduduki jabatan publik, dan terancam dideportasi.[133] Pada tanggal 25 Februari 1932, menteri
dalam negeri Brunswick, anggota
NSDAP juga, menunjuk Hitler sebagai pengurus delegasi negara untukReichsrat di Berlin. Karena itu pula, Hitler
otomatis menjadi warga negara Brunswick,[134] sekaligus Jerman.[135]
Tahun 1932, Hitler berkampanye melawan
von Hindenburg dalam pemilu
presiden. Kelangsungan pencalonannya ditegaskan oleh pidato tanggal 27
Januari 1932 di Industry Club di Düsseldorf,
yang memberinya dukungan dari sebagian besar industrialis paling berpengaruh di
Jerman.[136] Namun Hindenburg sudah didukung oleh
berbagai partai nasionalis, monarkis, Katolik, dan republikan,
dan sejumlah kaum demokrat sosial. Hitler memakai slogan kampanye "Hitler
über Deutschland" ("Hitler di atas Jerman"), merujuk pada
ambisi politik sekaligus kampanyenya yang menggunakan pesawat terbang.[137] Hitler menempati peringkat kedua di
dua putaran pemilu dengan lebih dari 35% suara pada pemilu terakhir. Meski ia
kalah, pemilihan umum ini menjadikan Hitler kekuatan dalam perpolitikan Jerman.[138]
3.2
Penunjukan sebagai kanselir
Ketiadaan pemerintahan yang efektif
memaksa dua politikus berpengaruh, Franz
von Papen dan Alfred Hugenberg, bersama
sejumlah industrialis dan pebisnis lainnya, menyurati von Hindenburg. Para
penandatangan memaksa Hindenburg menunjuk Hitler sebagai kepala pemerintahan
"bebas dari partai parlemen", yang akan berubah menjadi gerakan yang
mampu "memukau jutaan orang".[139][140]
Hindenburg dengan setengah hati setuju
menunjuk Hitler sebagai kanselir setelah dua pemilihan umum parlemen—bulan Juli
dan November 1932—tidak menghasilkan pembentukan pemerintahan mayoritas. Hitler
akan memimpin pemerintahan koalisi berusia pendek yang dibentuk oleh NSDAP dan
partai Hugenberg, yaitu Partai Rakyat
Nasional Jerman (DNVP). Pada
30 Januari 1933, kabinet baru disumpah dalam upacara singkat di kantor
Hindenburg. NSDAP memperoleh tiga jabatan penting, Hitler menjadi Kanselir, Wilhelm
Frick Menteri Dalam Negeri,
dan Hermann
Göring Menteri Dalam Negeri
untuk Prusia.[141] Hitler sebelumnya menuntut jabatan
menteri sebagai upaya mengendalikan polisi di sebagian besar wilayah Jerman.[142]
3.3
Kebakaran Reichstag dan pemilu Maret
Sebagai kanselir, Hitler berupaya
melawan balik tindakan-tindakan para pesaing NSDAP untuk membuat pemerintahan
mayoritas. Karena kebuntuan politik, ia meminta Presiden Hindenburg membubarkan
Reichstag lagi dan menjadwalkan pemilu pada awal Maret. Pada 27 Februari 1933, gedung Reichstag terbakar. Göring menyebut hal
ini sebagai plot komunis, karena seorang komunis Belanda Marinus van der Lubbe terbukti memperburuk keadaan di dalam
gedung yang terbakar itu.[143] Atas permintaan Hitler, Hindenburg
menanggapinya dengan mengeluarkan Dekrit Kebakaran
Reichstag tanggal 28
Februari, yang menghapus hak-hak dasar dan mengizinkan penahanan tanpa diadili
terlebih dahulu. Aktivitas Partai Komunis Jerman ditekan dan sekitar 4.000 anggota
partai komunis ditahan.[144] Para peneliti, termasuk William L. Shirer Alan Bullock, berpendapat
bahwa NSDAP sendiri yang memulai kebakaran tersebut.[145][146]
Selain kampanye politik, NSDAP
terlibat dalam kekerasan paramiliter dan penyebaran propaganda anti-komunis
beberapa hari menjelang pemilu. Pada hari-H, 6 Maret 1933, jumlah suara NSDAP
meningkat menjadi 43,9% dan partai ini memperoleh jumlah kursi terbanyak di
parlemen. Akan tetapi, partai Hitler gagal mengamankan mayoritas absolut,
sehingga mereka harus berkoalisi dengan DNVP.[147]
3.4
Hari Potsdam dan UU Pengaktifan
Tanggal 21 Maret 1933, Reichstag baru
dibentuk melalui upacara pembukaan di Gereja Garnisun di Potsdam.
"Hari Potsdam" ini diadakan untuk menunjukkan persatuan antara
gerakan Nazi dan kaum elit dan militer Prusia lama. Hitler tampil dengan mantel pagidan dengan ramah
menyambut Presiden von Hindenburg.[148][149]
Demi mencapai kendali politik penuh
meski gagal memeroleh mayoritas absolut di parlemen, pemerintahan Hitler
meminta rancangan Ermächtigungsgesetz (Undang-Undang
Pengaktifan) untuk menjalani pemungutan suara di Reichstag yang baru
terbentuk ini. RUU ini memberikan kabinet Hitler kekuasaan legislatif penuh
selama empat tahun dan (dengan sejumlah pengecualian) mengizinkan penyimpangan
dari konstitusi.[150] RUU tersebut membutuhkan mayoritas dua
per tiga agar bisa disahkan. Tanpa menyiakan kesempatan, Nazi memakai
persyaratan Dekrit Kebakaran Reichstag untuk mencegah sejumlah deputi Demokrat
Sosial hadir; Partai Komunis resmi dilarang.[151]
Pada 23 Maret, Reichstag bersidang di Kroll Opera House di bawah suasana yang kacau balau.
Sejumlah anggota SA menjadi penjaga di dalam gedung, sementara kerumunan besar
di luar yang menentang RUU meneriakkan slogan dan ancaman terhadap anggota
parlemen yang baru datang.[152] Posisi Partai Tengah,
partai terbesar ketiga di Reichstag, adalah mutlak. Setelah Hitler berjanji
langsung kepada ketua partai Ludwig Kaas bahwa Presiden von Hindenburg akan
mempertahankan hak vetonya, Kaas mengumumkan Partai Tengah kan mendukung RUU
Pengaktifan. Akhirnya, UU Pengaktifan disahkan dengan suara 441–84; semua
partai kecuali Demokrat Sosial memberi suara setuju. UU Pengaktifan, bersama
Dekrit Kebakaran Reichstag, mengubah pemerintahan Hitler menjadi kediktatoran
de facto yang sah secara hukum.[153]
3.5
Penghapusan batasan lain
|
Setelah berhasil mengendalikan penuh cabang pemerintahan
legislatif dan eksekutif, Hitler dan sekutu politiknya mulai menekan oposisi
politik yang tersisa secara sistematis. Partai
Demokratik Sosial dilarang berdiri dan semua
asetnya disita.[155] Saat delegasi serikat dagang berkumpul di Berlin untuk
aktivitas May Day,
tentara SA merubuhkan kantor-kantor serikat di seluruh Jerman. Pada tanggal 2
Mei 1933, semua serikat dagang terpaksa bubar dan ketua-ketuanya ditahan;
beberapa di antaranya dikirim ke kamp konsentrasi.[156] Front Buruh Jerman dibentuk sebagai organisasi yang memayungi semua
pekerja, pengurus, dan pemilik perusahaan, sehingga merefleksikan konsep
sosialisme nasional dengan semangat Volksgemeinschaft Hitler (komunitas rasial Jerman; secara harafiah
berarti "komunitas rakyat").[157]
Pada
akhir Juni, partai-partai lain diintimidasi agar bubar. Dengan bantuan SA,
Hitler menekan rekan koalisinya, Hugenberg, supaya mundur. Tanggal 14 Juli
1933, NSDAP dinyatakan sebagai satu-satunya partai politik yang sah di Jerman.[157][155] Tuntutan SA untuk kekuasaan politik dan militer yang lebih
besar memunculkan kegelisahan di kalangan pimpinan militer, industri, dan
politik. Hitler menanggapinya dengan menghapus seluruh kepemimpinan SA
dalam Malam
Pisau-Pisau Panjang yang dilancarkan pada 30 Juni
sampai 2 Juli 1934.[158] Hitler menargetkan Ernst
Röhm dan pimpinan SA lainnya,
bersama sejumlah lawan politik Hitler (seperti Gregor Strasser dan mantan
kanselir Kurt von Schleicher), yang kemudian dikumpulkan, ditahan, dan ditembak mati.[159] Saat komunitas internasional dan sejumlah masyarakat
Jerman terkejut akibat pembunuhan itu, banyak kalangan di Jerman melihat Hitler
sedang menegakkan ketertiban.[160]
Tanggal
2 Agustus 1934, Presiden von Hindenburg meninggal dunia. Sehari sebelumnya,
kabinet telah mengesahkan "Hukum Jabatan Negara Tertinggi Reich".[161] Hukum ini menyatakan bahwa setelah Hindenburg
meninggal dunia, jabatan presiden akan dihapus dan kekuasaannya digabung dengan
kekuasaan kanselir. Hitler lantas menjadi kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan, dan secara formal diberi nama Führer
und Reichskanzler (pemimpin dan kanselir).[162] Hukum ini melanggar Undang-Undang Pengaktifan. Meski
mengizinkan Hitler menyimpang dari konstitusi, UU ini secara eksplisit
melarangnya menerobos hukum apapun yang berkaitan dengan jabatan presiden. Pada
tahun 1932, konstitusi tersebut diamandemen untuk menjadikan presiden Mahkamah
Agung, bukan kanselir, sebagai presiden sementara sambil menunggu pemilihan
umum baru.[163] Dengan hukum ini, Hitler menghapus alternatif hukum
terakhir yang dapat menurunkannya dari tampuk kekuasaan.
Sebagai kepala negara, Hitler menjadi Komandan Tertinggi
angkatan bersenjata. Sumpah setia tentara yang biasa diganti menjadisumpah setia kepada
diri Hitler, bukannya jabatan komandan
tertinggi atau negara.[164] Pada 19 Agustus, penggabungan kepresidenan dengan
kekanseliran disetujui oleh 90% suara dalam sebuah plebisit.[165]
Pada
awal 1938, Hitler memakai taktik pemfitnahan untuk mengonsolidasikan kekuasaan
militernya dengan mencetuskan Skandal
Blomberg–Fritsch. Hitler memaksa Menteri Perang,
Marsekal Lapangan Werner von Blomberg mengundurkan diri dengan menunjukkan laporan polisi
bahwa istri baru Blomberg pernah terlibat dalam prostitusi.[166][167] Komandan Angkatan Darat Kolonel-Jenderal Werner von Fritschdisingkirkan dengan cara yang sama setelah Schutzstaffel (SS) membuat tuduhan bahwa ia terlibat dalam hubungan
homoseksual.[168] Keduanya menjadi sosok yang tidak disukai setelah
mereka keberatan terhadpa permintaan Hitler agar Wehrmachtdipersiapkan untuk perang setidaknya tahun 1938.[169] Hitler mengambil alih jabatan Komandan Bertugas
Blomberg, sehingga ia bisa mengendalikan angkatan bersenjata secara pribadi. Ia
mengganti Kementerian Perang dengan Oberkommando
der Wehrmacht (Komando Tinggi Angkatan
Bersenjata, atau OKW), dipimpin JenderalWilhelm
Keitel. Pada hari yang sama, 16 jenderal
dipecat dan 44 lainnya dipindahtugaskan; semuanya diduga tidak pro-Nazi. [170] Pada awal Februari 1938, 12 jenderal dipecat.[171]
Setelah
mengonsolidasikan kekuatan politiknya, Hitler menekan atau menyingkirkan
oposisinya melalui proses Gleichschaltung. Ia berupaya mendapat tambahan dukungan publik dengan
berjanji memutarbalikkan dampak Depresi Besar dan Perjanjian Versailles.
Banyak
dekrit Hitler didasarkan pada Dekrit Kebakaran Reichstag, sesuai Artikel 48 Konstitusi Weimar. Dekrit ini memberi presiden kekuasaan
mengambil tindakan darurat untuk melindungi keselamatan dan ketertiban
masyarakat. Karena itu, Hitler bisa berkuasa di bawah darurat
militer yang sah. Reichstag dua kali
memperbaiki UU Pengaktifan sebagai formalitas karena semua partai selain Nazi
dilarang berdiri.[172]
4.
Reich Ketiga
4.1 Ekonomi dan budaya
Pada bulan Agustus 1934, Hitler
menunjuk presiden Reichsbank Hjalmar
Schachtsebagai Menteri Ekonomi, dan pada tahun selanjutnya, sebagai Menteri
Ekonomi Perang Berkuasa Penuh yang bertugas mempersiapkan ekonomi negara untuk
perang.[173] Rekonstruksi dan persenjataan kembali
didanai oleh surat Mefo, pencetakan uang,
dan penyitaan aset orang-orang yang ditahan sebagai musuh negara, termasuk kaum
Yahudi.[174] Pengangguran menurun dari enam juta
orang pada tahun 1932 menjadi satu juta orang pada tahun 1936.[175] Hitler mengoperasikan salah satu
kampanye perbaikan infrastruktur terbesar sepanjang sejarah Jerman, termasuk
pembangunan bendungan, jalan bebas
hambatan, rel kereta, dan pekerjaan umum lainnya. Upah agak rendah pada
pertengahan sampai akhir 1930-an jika dibandingkan dengan upah pada masa
Republik Weimar, sementara biaya hidup naik 25%.[176]Minggu
kerja rata-rata bertambah saat peralihan ke ekonomi perang; pada 1939,
rata-rata orang Jerman bekerja antara 47 sampai 50 jam seminggu.[177]
Pemerintah Hitler mensponsori arsitektur dalam skala besar. Albert
Speer, terkenal karena mengimplementasikan reinterpretasi klasik Hitler
terhadpa budaya Jerman, ditugaskan membuat rencana renovasi arsitektur Berlin.[178] Tahun 1936, Hitler membuka Olimpiade Musim Panas di Berlin.
4.2
Persenjataan kembali dan aliansi baru
Dalam
pertemuan dengan para pemimpin militer Jerman tanggal 3 Februari 1933, Hitler
membicarakan "penaklukan untuk memperoleh Lebensraum di Timur dan Jermanisasi-nya yang
kejam" sebagai tujuan utama kebijakan luar negerinya.[179] Pada bulan Maret, Pangeran Bernhard Wilhelm von Bülow,
sekretaris di Auswärtiges Amt (Kementerian Luar Negeri), mengeluarkan pernyataan
berupa tujuan-tujuan utama kebijakan luar negeri: Anschluss dengan Austria, pengembalian perbatasan nasional
Jerman tahun 1914, penolakan pembatasan militer Perjanjian Versailles,
pengembalian bekas koloni Jerman di Afrika, dan zona pengaruh Jerman di Eropa
Timur. Hitler melihat tujuan-tujuan yang dibuat Bülow terlalu sederhana.[180] Dalam beberapa pidato selanjutnya, ia menekankan
tujuan damai dari kebijakannya dan kemauan untuk bekerja sama dengan perjanjian
internasional.[181] Pada pertemuan pertama Kabinetnya tahun 1933, Hitler
memprioritaskan anggaran militer ketimbang pembuatan lapangan kerja.[182]
Jerman
keluar dari Liga Bangsa-Bangsa dan Konferensi
Pelucutan Senjata Dunia pada
Oktober 1933.[183] Bulan Maret 1935, Hitler mengumumkan perluasan
Wehrmacht menjadi 600.000 anggota—enam kali lebih besar daripada yang diizinkan
Perjanjian Versailles—termasuk pembentukan angkatan udara (Luftwaffe) dan perluasan ukuran angkatan laut (Kriegsmarine). Britania, Perancis, Italia, dan Liga Bangsa-Bangsa
mengutuk pelanggaran perjanjian tersebut.[184] Perjanjian
Laut Inggris-Jerman (AGNA) tanggal 18 Juni 1935
mengizinkan peningkatan tonase Jerman menjadi 35%-nya AL Britania Raya. Hitler
menyebut penandatanganan AGNA sebagai "hari paling membahagiakan dalam
hidupnya," percaya bahwa perjanjian tersebut menandakan awal dari aliansi
Inggris-Jerman yang ia prediksikan di Mein Kampf.[185] Perancis dan Italia tidak diikutsertakan sebelum
penandatanganan, sehingga secara langsung mengabaikan LBB dan menjadikan
Perjanjian Versailles tidak berlaku lagi.[186]
Jerman menduduki
kembali zona demiliterisasi Rhineland pada bulan Maret 1936, melanggar Perjanjian
Versailles. Hitler juga mengirim tentara ke Spanyol untuk membantu Jenderal
Franco setelah menerima permintaan
bantuan pada bulan Juli 1936. Pada saat yang sama, Hitler melanjutkan upayanya
membentuk aliansi Inggris-Jerman.[187] Pada Agustus 1936, menanggapi krisis ekonomi yang
semakin besar akibat upaya persenjataan kembali, Hitler meminta Göring
memberlakukan Rencana Empat Tahun demi menyiapkan Jerman untuk perang dalam kurun empat
tahun selanjutnya.[188] Rencana ini merupakan perjuangan habis-habisan antara
"Judeo-Bolshevisme" dan sosialisme nasional Jerman, yang dalam
pandangan Hitler membutuhkan upaya persenjataan kembali tanpa memikirkan risiko
ekonomi.[189]
Conti Galeazzo Ciano, menteri luar negeri untuk pemerintahan Benito
Mussolini, mengumumkan pembentukan aliansi
antara Jerman dan Italia, dan pada 25 November, Jerman menandatangani Pakta Anti-Komintern dengan Jepang. Britania, Cina, Italia, dan Polandia juga diundang untuk
bergabung dengan Pakta Anti-Komintern, namun hanya Italia yang
menandatanganinya pada tahun 1937. Hitler membatalkan rencana aliansi
Inggris-Jermannya dan menyalahkan pemerintah Britania yang "tidak
pas".[190] Pada pertemuan di Reichskanzlei dengan menteri luar negeri dan pimpinan militernya
November itu, Hitler menyatakan kembali keinginannya mengejar Lebensraum untuk
bangsa Jerman. Ia memerintahkan persiapan perang di wilayah timur dimulai
setidaknya tahun 1938 dan tidak melewati tahun 1943. Menjelang kematiannya,
menit-menit konferensi yang direkam sebagai Hossbach Memorandum tersebut dianggap sebagai "pernyataan
politik"-nya.[191] Ia merasa penurunan tajam standar hidup di Jerman
diakibatkan oleh krisis ekonomi yang hanya bisa dihentikan oleh agresi militer
terhadap Austria dan Cekoslowakia.[192][193] Hitler menginginkan aksi cepat sebelum Britania dan
Perancis unggul permanen dalam perlombaan senjata.[192] Pada awal 1938, setelah Skandal Blomberg–Fritsch,
Hitler mengambil alih kendali instrumen militer-kebijakan luar negeri, memecat
Neurath sebagai Menteri Luar Negeri dan menunjuk dirinya sendiri sebagai Oberster
Befehlshaber der Wehrmacht (komandan tertinggi angkatan bersenjata).[188] Sejak awal 1938 sampai seterusnya, Hitler menerapkan
kebijakan luar negeri dengan tujuan perang.[194]
5.
Perang Dunia II
5.1
Kesuksesan diplomatik pertama
5.1.1
Aliansi dengan Jepang
Pada Februari 1938, atas nasihat
Menteri Luar Negeri yang baru ditunjuk, Joachim von Ribbentrop yang sangat pro-Jepang, Hitler mengakhiri aliansi Cina-Jerman denganRepublik Cina demi membentuk
aliansi dengan Jepang yang lebih modern dan kuat. Hitler mengumumkan
pemerintahannya mengakui Manchukuo, negara dudukan
Jepang di Manchuria, dan menarik
klaim Jerman terhadap bekas koloni mereka di Pasifik yang dimiliki Jepang.[195] Hitler menyatakan
berakhirnya pengiriman senjata ke Cina dan memulangkan semua pejabat Jerman
yang bekerja di Angkatan Darat Cina.[195]Sebagai
tindak balasan, Jenderal Cina Chiang Kai-shek membatalkan semua
perjanjian ekonomi Cina-Jerman, sehingga bahan mentah Cina tidak lagi masuk ke
Jerman
5.1.2
Austria dan Cekoslowakia
Pada tanggal 12 Maret 1938, Hitler
mengumumkan penyatuan Austria dengan Jerman Nazi dalam program Anschluss.[197][198] Hitler kemudian mengalihkan
perhatiannya ke populasi etnis Jerman di distrik Sudetenland di Cekoslowakia.[199]
Tanggal 28–29 Maret 1938, Hitler
mengadakan serangkaian pertemuan rahasia di Berlin bersama Konrad Henlein dari Heimfront (Front Dalam Negeri) Sudeten, partai
etnis Jerman di Sudetenland. Mereka setuju agar Henlein meminta otonomi yang
lebih besar bagi penduduk Jerman Sudeten ke pemerintah Cekoslowakia, sehingga
memberi legitimasi atas aksi militer Jerman ke Cekoslowakia. Pada April 1938,
Henlein memberitahu menteri luar negeri Hongaria bahwa "apapun yang ditawarkan
pemerintah Ceko, ia akan selalu meminta lebih tinggi lagi ... ia ingin
menyabotase pemahaman dengan artian apapun karena inilah satu-satunya cara
memecah Cekoslowakia dengan cepat".[200] Secara pribadi, Hitler menganggap
masalah Sudeten tidak penting; keinginan sebenarnya adalah melancarkan perang
penaklukan terhadap Cekoslowakia.[201]
Pada bulan April, Hitler meminta OKW
bersiap-siap untuk Fall Grün ("Kasus Hijau"), kode invasi
ke Cekoslowakia.[202] Karena tekanan diplomatik bertubi-tubi
dari Perancis dan Britania, pada tanggal 5 September Presiden Cekoslowakia Edvard
Benešmeluncurkan "Rencana Keempat" untuk reorganisasi
konstitusional negaranya yang menyetujui sebagian besar permintaan Henlein
untuk otonomi Sudeten.[203] HeimfrontHenlein menanggapi
tawaran Beneš dengan serangkaian kerusuhan melawan polisi Cekoslowakia dan
berujung pada penerapan darurat militer di sejumlah distrik di Sudeten.[204][205]
Jerman bergantung pada minyak impor;
konfrontasi dengan Britania atas sengketa Cekoslowakia akan mengurangi suplai
minyak Jerman. Hitler membatalkan Fall
Grünyang awalnya direncanakan dilaksanakan tanggal 1 Oktober 1938.[206] Pada 29 September, Hitler, Neville Chamberlain, Édouard Daladier, dan Benito
Mussolinimengadakan konferensi satu hari di Munich dan menghasilkan Perjanjian Munich yang berisi penyerahan distrik
Sudetenland ke Jerman.[207][208]
Chamberlain puas dengan konferensi
Munich dan menyebutnya "perdamaian untuk
masa kini", sementara Hitler marah karena kehilangan kesempatan
berperang pada tahun 1938;[209][210] ia menyatakan ketidakpuasannya dalam
sebuah pidato tanggal 9 Oktober diSaarbrücken.[211] Dalam pandangan Hitler, perdamaian
yang dibantu Britania ini, meski memenuhi permintaan Jerman, adalah kekalahan
diplomatik yang menggagalkan keinginannya membatasi kekuasaan Britania untuk
membuka jalan ekspansi Jerman ke timur.[212][213] Karena pertemuan itu pula Hitler
terpilih sebagai Man of the Year versi majalah Time tahun 1938.[214]
Pada akhir 1938 dan awal 1939, krisis
ekonomi yang berlanjut akibat persenjataan kembali memaksa Hitler memotong
anggaran besar-besaran.[215] Dalam pidato "Ekspor atau
mati" tanggal 30 JAnuari 1939, ia meminta serangan ekonomi demi
meningkatkan kepemilikan valuta asing Jerman untuk membeli bahan mentah seperti
besi berkualitas tinggi untuk senjata-senjata militernya.[215]
Pada tanggal 15 Maret 1939, melanggar
Perjanjian Munich dan mungkin akibat krisis ekonomi yang menekankan perlunya
aset tambahan,[216] Hitler memerintahkan Wehrmacht
menyerbu Praha dan memproklamasikan Bohemia dan Moravia sebagai protektoratJerman dari Kastil
Praha.
5.2
Pecahnya Perang Dunia II
Dalam
diskusi pribadi tahun 1939, Hitler menyatakan Britania sebagai musuh utama yang
perlu dikalahkan dan pemusnahan Polandia adalah prasyarat yang diperlukan demi
mencapai tujuan tersebut. Sisi timur akan diamankan dan daratannya dimasukkan
dalamLebensraum Jerman.[218] Tersinggung oleh "jaminan" kemerdekaan
Polandia oleh Britania pada 31 Maret 1939, Hitler berkata, "Aku harus
membuatkan minuman iblis untuk mereka."[219] Dalam sebuah pidato di Wilhelmshaven pada acara peluncuran kapal perangTirpitz tanggal 1 April, ia mengancam akan membatalkan Perjanjian
Laut Inggris-Jerman jika Britania terus menjamin
kemerdekaan Polandia, yang ia pandang sebagai kebijakan
"pengepungan".[219] Polandia akan menjadi negara satelit Jerman atau
dinetralisasi untuk mengamankan sisi timur Reich dan mencegah kemungkinan
blokade Britania.[220] Hitler awalnya memilih ide negara satelit, tetapi
karena ditolak pemerintah Polandia, ia memutuskan menginvasi Polandia dan
menjadikannya tujuan utama kebijakan luar negerinya tahun 1939.[221] Pada tanggal 3 April, Hitler memerintahkan pihak
militer bersiap untuk Fall Weiss ("Kasus Putih"), yaitu rencana penyerbuan ke
Polandia tanggal 25 Agustus.[221] Dalam pidato di Reichstag tanggal 28 April, Hitler
membatalkan Perjanjian Laut Inggris-Jerman dan Pakta
Non-Agresi Jerman–Polandia. Pada
bulan Agustus, Hitler memberitahu jenderal-jenderalnya bahwa rencana awalnya
untuk tahun 1939 adalah "...membentuk hubungan baik dengan Polandia demi
memerangi Barat."[222] Sejumlah sejarawan seperti William Carr, Gerhard Weinberg, dan Ian Kershaw berpendapat bahwa alasan ketergesaan
Hitler melancarkan perang adalah ia takut keburu meninggal duluan.[223][224][225]
Hitler
khawatir serangan militernya ke Polandia akan menciptakan perang lebih awal
terhadap Britania.[220][226] Akan tetapi, menteri luar negeri Hitler—dan mantan
Duta Besar untuk London—Joachim von Ribbentrop menjamin bahwa baik Britania
maupun Perancis tidak akan menghormati komitmen mereka ke Polandia.[227][228] Karena dijamin seperti itu, pada tanggal 22 Agustus
1939 Hitler memerintahkan mobilisasi militer ke Polandia.[229]
Rencana
ini memerlukan bantuan rahasia dari Soviet[230] dan pakta non-agresi (Pakta Molotov-Ribbentrop) antara Jerman dan Uni Soviet, dipimpin Joseph
Stalin, termasuk perjanjian rahasia
pembelahan Polandia untuk kedua negara tersebut.[231] Menanggapi pakta yang baru terbentuk ini—dan berbeda
dengan prediksi Ribbentrop bahwa aksi ini akan memperburuk hubungan
Inggris-Polandia—Britania dan Polandia membentuk aliansi Inggris-Polandia pada
25 Agustus 1939. Manuver ini, bersamaan dengan berita dari Italia bahwa
Mussolini tidak akan menghormati Pakta Baja, memaksa Hitler menunda serbuan ke Polandia dari 25 Agustus
menjadi 1 September.[232] Hitler gagal mengalihkan Britania ke posisi netral
dengan menawarkan jaminan non-agresi ke Imperium Britania tanggal 25 Agustus;
ia kemudian menginstruksikan Ribbentrop agar mengungkapkan rencana perdamaian
menit-menit terakhir dengan batasan waktu yang sangat pendek agar bisa
menyalahkan perang yang akan terjadi pada ketidaksigapan Britania dan Polandia.[233][234]
Meski
gelisah akan intevensi Britania, Hitler melanjutkan rencana invasi Polandia.[235]Pada tanggal 1 September 1939, Jerman menyerbu Polandia barat dengan alasan klaimnya terhadap Kota Bebas Danzig dan haknya atas jalan ekstrateritorial melintasi Koridor Polandia ditolak, yang telah diserahkan Jerman sesuai
Perjanjian Versailles.[236] Merespon tindakan ini, Britania Raya dan Perancis
menyatakan perang terhadap Jerman pada tanggal 3 September, mengejutkan Hitler
dan memaksanya bertanya dengan nada marah kepada Ribbentrop, "Sekarang apa
lagi?"[237]PErancis dan Britania segera bertindak sesuai pernyataan
mereka, dan pada 17 September, pasukan Soviet menyerbu Polandia timur.[238]
Jatuhnya
Polandia diikuti oleh apa yang disebut sejumlah wartawan sebagai "Perang Palsu" atau Sitzkrieg ("perang
duduk"). Hitler menginstruksikan dua Gauletier Polandia barat laut yang baru
ditunjuk, Albert Forster dari Reichsgau
Danzig-Prusia Barat danArthur Greiser dari Reichsgau Wartheland,
untuk "menjermanisasikan"
daerah mereka "tanpa pertanyaan" tentang bagaimana caranya.[240] Ketika
penduduk Polandia di daerah Forster harus menandatangani pernyataan bahwa
mereka memiliki darah Jerman,[241] Greiser
melakukan kampanye pembersihan etnis brutal
terhadap penduduk Polandia di daerahnya.[240] Greiser
mengeluh Forster mengizinkan ribuan orang Polandia diterima sebagai
"ras" Jerman sehingga mengancam "kemurnian ras" Jerman.
Hitler menolak terlibat,[240] karena
ingin menjadikannya contoh dari teori "bekerja untuk Führer": Hitler
mengeluarkan instruksi yang tidak jelas dan mengharapkan semua bawahannya
menjalankan kebijakan mereka sendiri.
Sengketa
lain muncul tentang metode Himmler dan Greiser, yang memilih pembersihan etnis
di Polandia, melawan metode Göring dan Hans Frank, Gubernur Jenderal
teritori Pemerintah Umum Polandia,
yang ingin mengubah Polandia menjadi "lumbung padi" Reich.[242] Pada
tanggal 12 Februari 1940, sengketa ini awalnya selesai melalui pelaksanaan
metode Göring–Frank, yang mengakhiri pengusiran massal yang mengganggu arus
ekonomi.[242] Akan
tetapi, pada 15 Mei 1940, Himmler menulis memo berjudul "Pemikiran tentang
Penanganan Penduduk Asing di Timur" yang mengusulkan pengusiran seluruh
penduduk Yahudi di Eropa ke Afrika dan mengucilkan penduduk Polandia menjadi
"kelas buruh tanpa pemimpin."[242] Hitler
menyebut memo Himmler "bagus dan tepat,"[242] lalu
menerapkan kebijakan Himmler–Greiser di Polandia, sambil mengabaikan Göring dan
Frank.
Hitler
mulai memusatkan militernya di perbatasan barat Jerman, dan pada April 1940,
pasukan Jerman menyerbu Denmark dan Norwegia.
Tanggal 9 April, Hitler mengumumkan kelahiran "Reich Jerman Raya",
yaitu visinya akan sebuah imperium bangsa-bangsa Jermanik di Eropa yang
bersatu, tempat orang Belanda, Flandria, dan Skandinavia bergabung dalam
pemerintahan "ras murni" di bawah kepemimpinan Jerman.[243] Bulan
Mei 1940, Jerman menyerang Perancis, dan
mendudukiLuksemburg, Belanda, dan Belgia.
Kemenangan tersebut memaksa Mussolini membawa Italia bergabung dengan Hitler
pada 10 Juni. Perancis menyerah tanggal 22 Juni.[244]
Britania,
yang tentaranya dipaksa meninggalkan Perancis melalui laut dari Dunkirk,[245]terus
berperang bersama jajahan Britania yang lain pada Pertempuran Atlantik.
Hitler menawarkan perdamaian kepada pemimpin Britania Raya yang baru, Winston Churchill,
dan setelah ditolak ia memerintahkan serangan pengeboman ke
Britania Raya. Rencana invasi Hitler ke Britania Raya dimulai dengan
serangkaian serangan udara pada Pertempuran Britania terhadap
sejumlah pangkalan udara dan stasiun radarAngkatan Udara Kerajaan (RAF)
di Inggris Tenggara. Sayangnya, Luftwaffe Jerman tidak mampu mengalahkan
Angkatan Udara Kerajaan.[246] Pada
akhir Oktober, Hitler menyadari bahwa superioritas udara untuk invasi Britania—Operasi Sea Lion—tidak
dapat diraih, lalu ia melancarkan serangan udara malam terhadap
kota-kota di Britania, termasuk London, Plymouth,
dan Coventry.[247]
Pada
tanggal 27 September 1940, Pakta Tiga Pihak ditandatangani
di Berlin olehSaburō Kurusu dari Kekaisaran Jepang,
Hitler, dan menteri luar negeri Italia Ciano,[248]kemudian
meluas hingga Hongaria, Rumania,
dan Bulgaria,
sehingga memperkuat kekuatan Poros.
Upaya Hitler dalam mengintegrasikan Uni Soviet dengan blok anti-Britania gagal
pasca pertemuan buntu antara Hitler dan Molotov di Berlin pada bulan November,
kemudian ia meminta semua pihak bersiap untuk invasi besar-besaran ke Uni
Soviet.[249]
Pada musim
semi 1941, aktivitas militer di Afrika Utara, Balkan,
dan Timur Tengah mengalihkan Hitler dari rencananya di kawasan timur. Bulan
Februari, pasukan Jerman tiba di Libya untuk
memperkuat keberadaan pasukan Italia di sana. Bulan April, Hitler
melancarkan invasi Yugoslavia,
yang tidak lama kemudian diikuti dengan invasi Yunani.[250] Bulan
Mei, pasukan Jerman dikirim untuk membantu pasukan pemberontak Irak memerangi
Britania dan menyerbu Kreta.
Pada tanggal 23 Mei, Hitler mengeluarkan Surat Perintah
Führer No. 30.[251]
5.3
Menjelang kekalahan
Tanggal
22 Juni 1941, melawan pakta non-agresi Hitler–Stalin tahun 1939, 5,5 juta
tentara Poros menyerbu Uni Soviet. Tujuan dari serangan berskala besar ini (Operasi Barbarossa)
adalah penghancuran total Uni Soviet dan perebutan semua sumber daya alamnya
untuk upaya agresi masa depan terhadap negara-negara Barat.[252][253] Dalam invasi ini, Jerman berhasil mencaplok wilayah
yang sangat luas, termasuk beberapa republik Baltik, Belarus,
dan Ukraina Barat. Setelah keberhasilan Pertempuran
Smolensk, Hitler memerintahkan Grup
Angkatan Darat Tengah menghentikan lajunya ke Moskwa
dan sementara mengalihkan grup Panzernya ke utara dan selatan untuk membantu
pengepungan Leningrad dan Kiev.[254] Keputusan Hitler ini menciptakan krisis besar di
kalangan petinggi militer, karena para jenderal tidak setuju dengan perubahan
target tersebut.[255][256] Jeda yang diambil Hitler pada akhir musim panas
memberikan Angkatan Darat Merah kesempatam memobilisasi cadangan-cadangan baru;
sejarawan Russel Stolfi menganggap hal ini sebagai salah satu faktor utama yang
menyebabkan kegagalan serangan Moskwa, yang baru dilanjutkan bulan Oktober 1941
danberakhir dengan kegagalan besar pada bulan Desember.[254]
Pada
tanggal 7 Desember 1941, Jepang menyerang Pearl Harbor, Hawaii. Empat hari kemudian, Hitler secara resmi
menyatakan perang melawan Amerika Serikat.[257]
Tanggal
18 Desember 1941, Himmler menanyai Hitler, "Apa yang perlu dilakukan
terhadap kaum Yahudi Rusia?" Hitler menjawab, "als Partisanen
auszurotten" ("musnahkan mereka sebagai partisan").[258]Sejarawan Israel Yehuda Bauerberkomentar bahwa pernyataan tersebut bisa jadi tanda-tanda
yang hampir bisa dikatakan para sejarawan sebagai perintah langsung dari Hitler
untuk melaksanakan genosida saat Holocaust.[258]
Pada
akhir 1942, pasukan Jerman kalah dalam pertempuran
El Alamein kedua,[259]menggagalkan rencana Hitler merebut Terusan
Suez dan Timur Tengah. Kelewat
yakin atas kemampuan militernya sendiri pasca kemenangan awal tahun 1940,
Hitler menjadi tidak percaya terhadap Komando Tinggi Angkatan Darat dan mulai
ikut campur dalam militer dan perencanaan taktis dengan akibat yang
menghancurkan.[260] Pada bulan Februari 1943, penolakan Hitler yang
berulang-ulang terhadap penarikan mereka dari Pertempuran Stalingrad mengakibatkan kehancuran total Angkatan
Darat ke-6. Lebih dari 200.000 tentara Poros
gugur dan 235.000 lainnya ditawan, hanya 6.000 di antaranya yang pulang ke
Jerman setelah perang.[261] Setelah itu, terjadi kekalahan mutlak pada Pertempuran
Kursk.[262] Pendapat militer Hitler mulai tidak jelas, dan posisi
militer dan ekonomi Jerman ikut jatuh seiring memburuknya kesehatan Hitler.
Kershaw dan sejarawan lain percaya Hitler mengalami penyakit Parkinson.[263]
Pasca invasi Sekutu ke Sisilia tahun 1943, Mussolini digulingkan oleh Pietro
Badoglio,[264] yang menyerah kepada Sekutu. Sepanjang tahun 1943 dan
1944, Uni Soviet pelan-pelan memaksa pasukan Hitler mundur di sepanjang Front Timur. Tanggal 6 Juni 1944, pasukan Sekutu Barat mendarat di
Perancis utara dalam salah satu operasi amfibi terbesar sepanjang sejarah, Operasi
Overlord.[265] Akibat serangkaian kemunduran besar yang dialami
Angkatan Darat Jerman, banyak petingginya berkesimpulan bahwa kekalahan tak
dapat dielakkan dan kesalahan perhitungan atau penolakan Hitler akan membawa
perang ke dalam negeri dan menyebabkan Jerman
hancur total.[266]
Antara
1939 dan 1945, ada banyak rencana untuk membunuh
Hitler, beberapa di antaranya berlanjut
sampai tingkatan tertentu.[267] Upaya paling terkenal justru berasal dari Jerman
sendiri dan didorong oleh kemungkinan bahwa Jerman akan kalah perang.[268] Pada Juli 1944, rencana
20 Juli, bagian dari Operasi Valkyrie, dijalankan. Claus von Stauffenberg meletakkan sebuah bom di salah satu bangunan markas Hitler, Wolf's Lair di Rastenburg. Hitler nyaris terbunuh karena seseorang tidak sengaja
mendorong kopor bom tersebut ke belakang kaki meja konferensi yang tebal. Saat
bom meledak, meja itu memantulkan ledakan menjauhi Hitler. Setelah itu, Hitler
memerintahkan balas dendam yang kejam yang berujung pada eksekusi lebih dari
4.900 orang.[269]
5.4
Kekalahan dan kematian
Pada
akhir 1944, baik Angkatan Darat Merah dan Sekutu Barat sedang menyerbu masuk Jerman.
Mengetahui kekuatan dan kegigihan Angkatan Darat Merah, Hitler memutuskan
memakai sisa tentara cadangannya untuk melawan tentara Amerika Serikat dan
Britania yang ia anggap lebih lemah.[270] Pada 16 December, ia melancarkan serangan di Ardennes untuk memecah belah Sekutu Barat dan
mungkin meyakinkan mereka ikut berpeang melawan Soviet.[271] Setelah serangan tersebut gagal,
Hitler sadar bahwa Jerman akan kalah perang. Harapan terakhirnya untuk
menegosiasikan damai dengan Amerika Serikat dan Britania dibantu oleh kematianFranklin D. Roosevelt tanggal 12 April 1945; namun, berbeda
dengan harapannya, Sekutu tetap tidak gentar.[272][271] Bertindak dengan pandangannya bahwa
kegagalan militer Jerman turut menghilangkan haknya untuk berdiri sebagai suatu
bangsa, Hitler memerintahkan penghancuran semua infrastruktur industri Jerman
sebelum jatuh ke tangan Sekutu.[273] Menteri Persenjataan Albert Speer
dipercaya untuk mengeksekusi rencana bumi hangus ini, namun diam-diam ia tolak.[273]
Pada tanggal 20 April, ulang tahun
Hitler ke-56, Hitler melakukan perjalanan terakhir dari Führerbunker ("perlindungan Führer") ke
permukaan. Di kebun Reichskanzlei yang hancur, ia menyematkan Iron Cross kepada sejumlah tentara Pemuda
Hitler.[274] Pada 21 April, Front Belorusia ke-1 pimpinan Georgy
Zhukov berhasil menembus
pertahananGrup Angkatan
Darat Vistula Jerman pimpinan
Jenderal Gotthard Heinrici padaPertempuran
Dataran Tinggi Seelow dan
melaju hingga pinggiran kota Berlin.[275]Menolak
situasi tersebut, Hitler menggantungkan harapannya pada pasukan Waffen SS
pimpinan Jenderal Felix Steiner, Armeeabteilung Steiner ("Detasemen
Angkatan Darat Steiner"). Hitler meminta Steiner menyerang sisi utara bukit dan Angkatan Darat
Kesembilan Jerman
diperintahkan menyerang ke utara dalam bentuk serangan jepit.[276]
Pada konferensi militer tanggal 22
April, Hitler mempertanyakan serangan Steiner. Ia diberitahu bahwa serangan
tersebut tak pernah dilancarkan dan pasukan Rusia sudah memasuki Berlin. Jawaban
tersebut memaksa Hitler meminta semua orang selain Wilhelm Keitel, Alfred Jodl,
Hans Krebs, dan Wilhelm
Burgdorf keluar ruangan.[277] Hitler kemudian marah besar-besaran
atas pengkhianatan dan ketidakmampuan para komandannya yang diakhiri dengan
pernyataannya—untuk pertama kali—bahwa Jerman kalah perang. Hitler mengumumkan
bahwa ia akan tetap berada di Berlin sampai perang berakhir, lalu bunuh diri.[278]
Pada 23 April, Angkatan Darat Merah
mengepung seluruh Berlin[279] dan Goebbels membuat pernyataan yang
meminta warga kota ikut mempertahankan Berlin.[277] Pada hari itu pula, Göring mengirim
telegram dari Berchtesgaden yang berisi pendapat bahwa karena
Hitler terisolasi di Berlin, ia, Göring, harus mengambil alih pemerintahan
Jerman. Göring menetapkan batas waktu, lewat dari itu ia menganggap Hitler
tidak berkuasa lagi.[280] Hitler menanggapinya dengan menahan
Göring dan dalam surat wasiatnya yang ditulis 29 April, Hitler menyatakan
Göring dipecat dari semua jabatan pemerintahan yang dipegangnya.[281][282] Tanggal 28 April, Hitler mengetahui
bahwa Himmler, yang meninggalkan Berlin tanggal 20 April,[283] sedang mencoba membahas penyerahan
diri dengan Sekutu Barat.[284] Ia memerintahkan Himmler ditahan dan Hermann Fegelein (perwakilan SS Himmler di kantor pusat
Hitler di Berlin) dieksekusi.[285]
Setelah tengah malam 29 April, Hitler
menikahi Eva Braun dalam sebuah upacara pernikahan kecil
di ruang peta di Führerbunker. Setelah sarapan sederhana bersama istri barunya,
ia membawa sekretaris Traudl Junge ke ruangan lain dan mendiktekan wasiat
dan kata-kata terakhir.[286][b] Peristiwa ini disaksikan dan
dokumennya ditandatangani oleh Hans Krebs, Wilhelm Burgdorf, Joseph Goebbels,
dan Martin Bormann.[287] Sore itu, Hitler diberitahu tentang
pembunuhan diktator Italia Benito Mussolini, yang mungkin mempertegas
keinginannya untuk menolak ditangkap.[288]
Tanggal 30 April 1945, setelah pertempuran jalanan yang sengit, ketika tentara Soviet
berada satu atau dua blok dari Reichskanzlei, Hitler dan Braun bunuh diri;
Braun menggigit kapsul sianida[289] dan Hitler menembak dirinya.[290] Jasad mereka dibawa naik melalui pintu
keluar darurat bunker ke kebun belakang Reichskanzlei yang sudah hancur,
kemudian ditempatkan di sebuah kawah bom[291]dan
disiram bensin. Kedua jasad kemudian dibakar[292] diiringi suasana pengeboman oleh
Angkatan Darat Merah.[293]
Berlin menyerah pada tanggal 2 Mei.
Catatan arsip Soviet—dirilis setelah jatuhnya Uni Soviet—memperlihatkan bahwa
sisa-sisa jenazah Hitler, Braun, Joseph dan Magda Goebbels, enam anak Goebbels, Jenderal
Hans Krebs, dan anjing-anjing Hitler berkali-kali dikubur dan diangkat.[294] Pada tanggal 4 April 1970, sebuah tim KGB Soviet memakai peta pemakaman
terperinci untuk mengangkat lima kotak kayu di fasilitas SMERSH di Magdeburg.
Sisa-sisa jenazah dari kotak tersebut dibakar, dihancurkan, dan disebarkan di
sungai Biederitz, anak sungai Elbe.[295]
5.5
Holocaust
Holocaust
dan perang Jerman di timur didasarkan pada pandangan lama Hitler bahwa kaum Yahudi
adalah musuh besar bangsa Jerman dan bahwa Lebensraum perlu
diciptakan demi perluasan Jerman. Ia berfokus ke Eropa Timur untuk upaya
perluasan tersebut dengan mengalahkan Polandia dan Uni
Soviet dan menyingkirkan atau
membantai kaum Yahudi dan Slavia.[297] Generalplan
Ost("Rencana Umum untuk
Timur") berisikan deportasi penduduk Eropa Timur dan Uni Soviet yang
diduduki ke Siberia Barat untuk dimanfaatkan sebagai buruh atau dibunuh;[298] wilayah dudukan akan dikolonisasi oleh penduduk Jerman
atau yang "dijermanisasi".[299] Tujuannya adalah menerapkan rencana ini setelah
menaklukkan Uni Soviet, tetapi jika gagal, Hitler tetap melanjutkannya.[298][300]Pada Januari 1942, Hitler memutuskan
Holocaust
("Endlösung der Judenfrage" atau "Solusi Akhir Pertanyaan Yahudi")
diperintahkan oleh Hitler dan disusun dan dilaksanakan oleh Heinrich
Himmler danReinhard
Heydrich. Catatan Konferensi Wannsee—diselenggarakan
tanggal 20 Januari 1942, dipimpin Heydrich dan dihadiri 15 pejabat senior
Nazi—memberikan bukti jelas tentang rencana sistematis Holocaust. Tanggal 22
Februari, Hitler mengatakan, "kita harus mendapatkan kembali kesehatan
kita dengan memusnahkan kaum Yahudi."[302]Sekitar 30 kamp konsentrasi dan kamp pemusnahan dipakai untuk melaksanakan rencana ini.[303] Pada musim panas 1942, kamp konsentrasi Auschwitz dengan cepat diperluas untuk menampung sejumlah besar
penduduk deportasi untuk dibunuh ataudiperbudak.[304]
Meski
tidak ada perintah khusus dari Hitler yang mengizinkan pembunuhan massal yang
dipublikasikan,[305] ia menyetujui pembentukan Einsatzgruppen—skuad pembunuh yang mengikuti jalur AD Jerman melintasi
Polandia, Baltik, dan Uni Soviet[306]—dan ia sangat mengetahui aktivitas mereka.[307] Dalam rekaman interograsi oleh pejabat intelijen Soviet yang dipublikasikan 50 tahun kemudian, sopir
Hitler, Heinz Linge, dan ajudannya, Otto Günsche, menyatakan bahwa Hitler punya ketertarikan langsung
terhadap pengembangan kamar gas.[308]
Antara
1939 dan 1945, Schutzstaffel (SS),
dibantu pemerintah Kolaborasi
dengan Kekuatan Poros pada Perang Dunia IIkolaborasionisdan rekrutan dari negara-negara dudukan, bertanggung jawab
atas kematian 11 hingga 14 juta orang, termasuk 6 juta kaum Yahudi yang
mewakili dua per tiga populasi Yahudi di Eropa,[309][310] serta antara 500.000 dan 1.500.000 etnis Roma.[311] Kematian terjadi di kamp konsentrasi dan kamp
pemusnahan, ghetto, dan eksekusi massal. Banyak korban Holocaust digas sampai mati, sementara lainnya meninggal karena
kelaparan atau penyakit saat bekerja sebagai buruh paksa.[312]
Kebijakan
Hitler juga mengakibatkan pembunuhan bangsa
Polandia[313] dan tahanan
perang Soviet, kaum komunis dan pesaing politik
lain, homoseksual, orang yang cacat fisik dan mental,[314][315] Saksi-Saksi
Yehuwa, Adventis, dan anggota serikat dagang. Hitler tidak pernah
mengunjungi kamp konsentrasi dan membicarakan pembunuhan tersebut di hadapan
publik. [316]
Konsep
Nazi yang lain adalah arti dari kemurnian ras. Pada tanggal 15 September 1935, Hitler memperkenalkan dua
hukum—disebutHukum-Hukum
Nuremberg—ke Reichstag. Hukum-hukum tersebut
melarang pernikahan antara warga Jerman non-Yahudi dan Yahudi, serta melarang
mempekerjakan wanita non-Yahudi di bawah usia 45 tahun di keluarga Yahudi.
Hukum ini juga menghapus hak-hak kewarganegaraan Jerman yang dipegang
orang-orang "non-Arya".[317] Kebijakan eugenika pertama Hitler menargetkan anak-anak dengan cacat
fisik dan mental dalam sebuah program bernama Action
Brandt, lalu mengizinkan program eutanasia
untuk orang dewasa dengan cacat fisik dan mental yang sekarang bernama Action T4.[318]
6. Gaya
kepemimpinan
Hitler memimpin NSDAP secara otokratik
dengan menerapkan Führerprinzip ("prinsip pemimpin").
Prinsip ini bergantung pada kepatuhan absolut semua bawahannya kepada pimpinan
mereka; sehingga ia melihat struktur pemerintahan sebagai sebuah piramida,
dengan dirinya—pemimpin mutlak—di puncak. Pangkat dalam partai tidak ditentukan
oleh pemilihan umum—jabatan diisi melalui penunjukkan oleh pangkat yang lebih
tinggi, yang menuntut kepatuhan tanpa pernyataan terhadap keinginan sang
pemimpin.[319] Gaya kepemimpinan Hitler adalah
memberikan perintah berlawanan terhadap bawahannya dan menempatkan mereka pada
jabatan-jabatan tempat tugas dan tanggung jawab mereka saling bertindihan agar
"orang yang lebih kuat menjalankan pekerjaannya".[320] Dengan cara ini, Hitler mendorong
saling tidak percaya, persaingan, dan perkelahian di antara bawahannya demi
mengonsolidasi dan memaksimalkan kekuasaannya. Kabinetnya tidak pernah rapat
setelah tahun 1938, dan ia meminta para menterinya tidak bertemu secara
pribadi.[321][322] Hitler biasanya tidak memberi perintah
tertulis; ia memberitahunya secara verbal atau disampaikan melalui rekan
dekatnya, Martin
Bormann.[323] Ia memercayakan semua dokumennya,
penunjukannya, dan kekayaan pribadinya ke Bormann dan Bormann memanfaatkan
jabatannya untuk mengendalikan arus informasi dan akses ke Hitler.[324]
Hitler
secara pribadi membuat semua keputusan militer besar. Sejarawan yang menilai
kinerjanya setuju bahwa setelah awal yang kuat, ia semakin tidak fleksibel
setelah 1941 sehingga ia menyia-nyiakan kekuaran militer yang dimiliki Jerman.
Sejarawan Antony Beevor berpendapat bahwa saat perang pecah,
"Hitler adalah pemimpin yang terinspirasi, karena kejeniusannya terletak
pada menilai kelemahan orang lain dan memanfaatkan kelemahan tersebut."
Akan tetapi, sejak 1941 sampai seterusnya, "ia menjadi sangat sklerotik.
Ia tidak mengizinkan kemunduran atau fleksibilitas dalam bentuk apapun di
antara komandan lapangannya, dan hal tersebut sangat menghancurkan."[325]
7.
Warisan
Peristiwa bunuh diri Hitler dianggap
para sejarawan kontemporer sebagai "mantra" yang dipatahkan.[326][327] Menurut sejarawan John Toland, tanpa
pemimpinnya, Sosialisme Nasional "meledak bagaikan gelembung."[328]
Aksi Hitler dan ideologi Nazi hampir dianggap secara universal
sebagai sesuatu yang sangat imoral;[329] menurut sejarawan Ian Kershaw,
"Belum pernah terjadi dalam sejarah kerusakan semacam itu—secara fisik dan
moral—dikaitkan dengan nama satu orang saja."[330] Program politik Hitler mengakibatkan
pecahnya perang dunia, meninggalkan Eropa Timur dan Tengah yang hancur dan
miskin. Jerman sendiri mengalami kehancuran menyeluruh yang dijuluki "Jam
Nol".[331] Kebijakan Hitler mengakibatkan
penderitaan manusia dalam skala yang luar biasa;[332] menurut R.J. Rummel, rezim Nazi
bertanggung jawab atas pembunuhan demosida terhadap sekitar 21 warga sipil dan
tahanan perang.[333] Selain itu, 29 juta tentara dan warga
sipil tewas akibat aksi militer di teater Eropa
pada Perang Dunia II,[333] dan peran Hitler dideskripsikan
sebagai, "... perancang utama perang yang mengakibatkan 50 juta orang
tewas dan jutaan lainnya meratapi kematian mereka ..."[330] Para sejarawan, filsuf, dan politikus
sering memakai kata "iblis" untuk menyebut rezim Nazi.[334]Banyak
negara Eropa mengkriminalisasikan dukungan terhadap Nazisme danpenolakan Holocaust.[335]
Sejarawan Friedrich Meinecke menyebut Hitler sebagai "salah
satu contoh terhebat kekuatan tunggal dan luar biasa seseorang sepanjang
kehidupan sejarah".[336] Sejarawan Inggris Hugh Trevor-Roper memandangnya sebagai "salah
seorang 'penyederhana sejarah yang buruk', sosok penakluk dunia yang paling
sistematis, paling bersejarah, paling filosofis, tetapi paling kasar, paling
kejam, paling tidak murah hati yang pernah diketahui umat manusia."[337] Bagi sejarawan John M. Roberts,
kekalahan Hitler menandakan akhir fase sejarah Eropa yang didominasi Jerman.[338] Sebagai penggantinya, muncullahPerang
Dingin, sebuah konfrontasi global antara Uni Soviet dan Amerika Serikat.[339]
8.
Pandangan agama
Hitler melihat gereja penting secara
politik, sebagai suatu pengaruh konservatif terhadap masyarakat. Ia merasa jika
gereja dihancurkan, umat beragama akan beralih ke mistisisme, yang ia anggap
sebagai kemunduran politik dan budaya. Meski ia tidak pernah meninggalkan
Gereja Katolik secara resmi, ia tidak punya kedekatan sejati dengan gereja.[340] Setelah meninggalkan kampung halaman,
ia tidak pernah lagi menghadiri misa atau menerima sakramen.[341] Ia lebih menyukai aspek Protestantisme yang pas dengan pandangan-pandangannya
dan mengadopsi sebagian elemen organisasi hierarkis, liturgi, dan
fraseologi Gereja Katolik dalam politiknya.[342][343]
Secara publik, Hitler sering memuji
warisan Kristen dan budaya Kristen Jerman, dan memilih kepercayaan terhadap Yesus
Kristus"Arya"—seorang Yesus yang memerangi umat Yahudi.[344] Ia berbicara tentang interpretasinya
terhadap Kristen sebagai motivasi utama antisemitismenya, sambil berkata,
"Sebagai seorang Kristen aku tidak berhak mengizinkan diriku dibohongi,
namun aku berhak menjadi seorang pejuang kebenaran dan keadilan."[345][346] Secara pribadi, ia lebih kritis
terhadap Kristen tradisional, menganggapnya sebuah agama yang pas dianut para
budak; ia menyukai kekuatan Roma, tetapi kasar terhadap ajarannya.[347] Sejarawan John S. Conway menyebutkan bahwa Hitler memiliki
"antagonisme mendasar" terhadap gereja-gereja Kristen.[348]
Dalam hubungan politik dengan gereja,
Hitler mengambil strategi "yang pas dengan tujuan-tujuan politiknya".[348] Menurut laporan USOffice of Strategic Services, Hitler
memiliki sebuah rencana umum, bahkan sebelum berkuasa, untuk menghancurkan
pengaruh gereja Kristen di dalam Reich.[349][350] Laporan berjudul "The Nazi Master
Plan" itu menyatakan bahwa penghancuran gereja adalah tujuan gerakan
tersebut sejak awal, namun tidak cukup untuk mengekspresikan posisinya yang
ekstrem secara publik.[351] Tujuannya, menurut Bullock, adalah
menunggu sampai perang berakhir, lalu menghancurkan pengaruh Kristen.[347]
Hitler menyukai tradisi militer Muslim, namun tetap
menganggap bangsa Arab sebagai "ras inferior".[352] Ia percaya bahwa bangsa Jerman,
seperti umat Islam, bisa menguasai sebagian besar dunia pada Abad
Pertengahan.[353] Meski Hitler tertarik pada hal-hal
gaib, penerjemahan sajak, dan melacak akar prasejarah bangsa Jermanik, Hitler
justru lebih pragmatis dan ideologinya terpusat pada hal-hal yang lebih
praktis.[354][355]
9.
Kesehatan
Banyak peneliti berpendapat bahwa Hitler
menderita sindrom usus mudah
iritasi, luka kulit, detak jantung tidak
tetap, penyakit
Parkinson,[356][263] sifilis,[356] dan tinnitus.[357] Dalam sebuah laporan
untuk Office of Strategic Services tahun 1943, Walter C. Langerdari Universitas
Harvard menyebut Hitler
sebagai seorang "psikopat neurotik."[358] Sejumlah teori
seputar kondisi medis Hitler sulit dibuktikan, dan menurut mereka terlalu
banyak bebannya jika mengaitkan sejumlah peristiwa dan akibat Reich Ketiga
dengan kesehatan fisik seseorang yang mungkin buruk.[359] Kershaw merasa lebih
baik mengambil pandangan yang lebih luas terhadap sejarah Jerman dengan menilai
dorongan sosial apa yang menciptakan Reich Ketiga dan kebijakan-kebijakannya,
alih-alih mencari penjelasan sempit tentang Holocaust dan Perang Dunia II dari
satu orang saja.[360]
Hitler mengikuti pola
makan vegetarian.[361] Pada acara-acara
sosial ia kadang mengutarakan pernyataan menjijikkan tentang penyembelihan
hewan agar tamu-tamunya menghindari daging.[362] Ketakutan terserang
kanker (penyebab ibunya meninggal dunia)[363] adalah alasan pola
makan Hitler yang paling terkenal. Selaku seorang antipembedahan, Hitler mungkin
memilih pola makan selektif karena masih menghargai hewan.[364] Bormann memiliki
sebuah rumah kaca di dekat Berghof (dekat Berchtesgaden) untuk menjamin
suplai stabil buah-buahan dan sayuran segar untuk Hitler sepanjang perang.
Hitler menjauhi alkohol[365] dan bukan perokok. Ia
mempromosikan kampanye anti-merokok yang agresif di
seluruh Jerman.[366] Hitler mulai sering
memakai amfetamin setelah 1937 dan
menjadi pecandu pada musim gugur 1942.[367] Albert Speer
mengaitkan pemakaian amfetamin ini dengan keputusan Hitler yang semakin tidak
fleksibel (misalnya, tidak pernah mengizinkan militer mundur dari medan
perang).[368]
Dengan 90 jenis obat-obatan sepanjang perang,
Hitler mengonsumsi banyak pil setiap hari karena masalah lambung kronis dan
penyakit lain.[369] Ia menderita kerusakan gendang telinga akibat ledakan bom 20 Juli 1944 dan 200 serpihan
kayu harus diangkat dari kakinya.[370] Rekaman berita Hitler
memperlihatkan getaran pada tangannya dan gaya jalannya yang pincang, yang
sudah ada sejak sebelum perang dan memburuk sampai akhir hayatnya. Dokter
pribadi Hitler, Theodor Morell, merawat Hitler
dengan sebuah obat yang sering dipakai untuk menangani penyakit Parkinson pada
tahun 1945. Ernst-Günther Schenck dan beberapa dokter
lain yang bertemu Hitler pada minggu-minggu terakhir hidupnya juga menyimpulkan
Hitler menderita penyakit Parkinson.[369][371]
10. Keluarga
Hitler
menciptakan citra publik sebagai sosok selibat tanpa kehidupan rumah tangga,
mendedikasikan seluruh hidupnya untuk misi politik dan bangsanya.[133][372] Ia bertemu kekasihnya, Eva
Braun, pada tahun 1929,[373] dan menikahinya pada April 1945.[374] Pada bulan September 1931, separuh-keponakannya, Geli Raubal, bunuh diri dengan pistol Hitler di apartemennya di Munich.
Tersebar rumor bahwa Geli terlibat dalam hubungan romantis dengan Hitler dan
kematiannya menjadi sumber kesedihan mendalam yang bertahan lama.[375] Paula Hitler, anggota keluarga terakhir yang masih hidup, meninggal
dunia tahun 1960.[376]
Ø Daftar
pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar