Artikel
Al-Insyiroh
Tafsir Surat Alam Nasyrah
1. Bukankah kami Telah
melapangkan untukmu dadamu?,
2. Dan kami Telah
menghilangkan daripadamu bebanmu,
3. Yang memberatkan
punggungmu[1584]?
4. Dan kami tinggikan bagimu
sebutan (nama)mu[1585],
5. Karena Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan,
6. Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan.
7.
Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain
8. Dan Hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap.
yang dimaksud dengan beban di sini
ialah kesusahan-kesusahan yang diderita nabi Muhammad s.a.w. dalam menyampaikan
risalah.
meninggikan nama nabi Muhammad s.a.w
di sini maksudnya ialah meninggikan derajat dan mengikutkan namanya dengan nama
Allah dalam kalimat syahadat, menjadikan taat kepada nabi termasuk taat kepada
Allah dan lain-lain.
Maksudnya: sebagian ahli tafsir menafsirkan
apabila kamu (Muhammad) Telah selesai berdakwah Maka beribadatlah kepada Allah;
apabila kamu Telah selesai mengerjakan urusan dunia Maka kerjakanlah urusan
akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: apabila Telah selesai mengerjakan shalat
berdoalah.
(Q.S. Alam Nasyrah 94 :1-8)
اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
Bukankah Kami telah melapangkan bagimu dadamu?
Kalimat “melapangkan dada”, dalam bahasa Arab, biasanya digunakan untuk menggambarkan kelapangan dan kekuatan jiwa dalam berbuat atau berbicara. Karena itu, kalimat “melapangkan dada” pernah dipakai oleh nabi Musa a.s. saat akan menghadapi Fir’aun dalam bentuk do’a, Robbisyrohlii shadri wa yassirlii amrii wahlul ‘uqdatan min lisaani yafqahuu qaoli, artinya “Ya Allah lapangkanlah untukku dadaku, mudahkanlah untukku urusanku, serta lepaskanlah kekakuan lidahku supaya mereka mengerti perkataanku.” (Q.S. 20: 25-27) . Ini mengandung makna bahwa nabi Musa a.s. memohon diberi kelapangan dan kekuatan jiwa saat menghadapi Fir’aun yang begitu zalim dan sangat besar kekuasaannya.
Berdasarkan hal ini, bisa kita
tafsirkan bahwa ayat ini berbicara tentang “kelapangan dada” dalam arti bahwa
Allah swt.telah memberikan kekuatan kepada Nabi saw. untuk menemukan kebenaran,
kearifan, dan kelapangan hati untuk memaafkan kesalahan orang yang berbuat
zalim kepadanya serta kekuatan dalam menghadapi gangguan-gangguan orang lain.
Abdullah bin Mas’ud pernah bertanya kepada Nabi saw., “Ya Rasulullah, apakah dada bisa menjadi lapang?” “Ya, dengan masuknya cahaya ke dalam hati!” Jawab Rasul. “Apakah untuk itu ada tandanya?”Rasulullah Saw menjawab, “Tanda-tanda masuknya cahaya tersebut ke dalam hati seseorang tercermin dalam sikapnya menjauhkan diri dari kehidupan dunia yang memperdaya, serta cenderung menjadikan tumpuan aktifitas kepada kehidupan yang abadi dan mempersiapkan diri untuk maut.”
Abdullah bin Mas’ud pernah bertanya kepada Nabi saw., “Ya Rasulullah, apakah dada bisa menjadi lapang?” “Ya, dengan masuknya cahaya ke dalam hati!” Jawab Rasul. “Apakah untuk itu ada tandanya?”Rasulullah Saw menjawab, “Tanda-tanda masuknya cahaya tersebut ke dalam hati seseorang tercermin dalam sikapnya menjauhkan diri dari kehidupan dunia yang memperdaya, serta cenderung menjadikan tumpuan aktifitas kepada kehidupan yang abadi dan mempersiapkan diri untuk maut.”
Tanda kelapangan hati dalam keterangan ini bukan berarti meninggalkan dunia secara total, karena Allah swt.dengan tegas memerintahkan agar kita mencari dunia dan menggunakannya sebagai sarana untuk menggapai kebahagiaan akhirat (Q.S. Al Qashas 28: 77). Orang yang memiliki kelapangan dada adalah mereka yang menggunakan dunia hanya sebatas genggamannya, tidak diperbudak dunia.Dunia dijadikan sarana untuk berbekal demi kehidupan yang abadi di kampung akhirat.
Jadi, yang dimaksud dengan Bukankah Kami telah melapangkan bagimu dadamu adalah Allah swt.telah membukakan hati Nabi saw. untuk menerima cahaya ilahi sehingga beliau memiliki kearifan, mempunyai kelapangan hati untuk menghadapi berbagai kesulitan, serta memahami hakikat kehidupan. Ini merupakan modal yang sangat penting dalam mengarungi kehidupan. Siapapun yang memiliki hal ini, tentu akan merasakan keberuntungan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ . اَلَّذِى أَنْقَضَ ظَهْرَكَ
Dan Kami telah menghilangkan darimu bebanmu, yang memberati punggungmu.
Kedua ayat ini mengisyaratkan bahwa Nabi saw. pernah merasakan beban yang sangat berat dalam kehidupan ini. Pertanyaannya, apa gerangan beban berat tersebut? Muhammad Abduh dalam tafsirnya menjelaskan bahwa beban yang berat itu adalah beban psikologis yang diakibatkan oleh keadaan umatnya yang diyakini beliau berada dalam jurang kebinasaan. Namun, saat itu beliau tidak tahu apa solusi yang tepat untuk memperbaiki keadaan masyarakatnya.
Pendapat ini cukup logis kalau kita mencermati kebiasaan Nabi saw. sebelum menerima wahyu. Sejarah mencatat, Nabi saw. sering menyendiri di gua Hira untuk berkontemplasi, merenung tentang keadaan masyarakatnya yang penuh kezaliman. Beliau berpikir keras mencari jalan keluar bagaimana menanggulangi keadaan masyarakat Arab yang penuh dengan kebejatan moral.Maka, di tengah menghadapi beban psikologis yang begitu berat, Allah swt.mengutus malaikat Jibril untuk memberikan wahyu kepadanya. Dengan wahyu Allahlah Nabi saw. mendapatkan pencerahan-pencerahan tentang bagaimana menanggulangi umat manusia yang diliputi kezaliman dan kebejatan moral.
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
Dan Kami kami tinggikan bagimu sebutanmu?
Ini merupakan penghargaan Allah
swt.untuk Nabi saw. bahwa nama beliau akan selalu diucapkan selama bumi ini
masih hidup. Prof. M. Quraish Shihab dalam bukunya Tafsir Al-Qur’an Al-Karim,
hal 452 mengutip pendapat sejumlah pendapat para ulama tentang ketinggian
penghargaan untuk Nabi saw. Katanya, ketinggian nama Nabi Muhammad saw.
tercermin antara lain.
1. Ketetapan Tuhan untuk tidak menerima suatu pengakuan tentang keesaann-Nya kecuali berbarengan dengan pengakuan tentang kerasulan nabi Muhammad saw.
2. Digandengkannya nama Allah swt. dengan nama beliau dalam syahadat, azan, dan iqamah serta kewajiban taat kepadanya merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah swt.
3. Setiap nabi yang diutus telah mengikat janji dengan Tuhan untuk mempercayai dan membela nabi Muhammad saw. sebagaimana ditegaskan dalam ayat berikut. “Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, “Sungguh apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang Rasul (Muhammad) yang membenarkan apa yang ada padamu, nisacaya kamu sungguh-sungguh akan beriman kepadanya dan menolongnya.” Allah berfirman:
“Apakah kamu mengakui dan
menerima perjanjian-Ku yang demikian itu?” Mereka (para nabi) menjawab, “Kami
mengakui…” (Q.S. Ali Imran 3:81)
Dalam kaitan ini, Nabi Saw bersabda, “Demi Allah yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, seandainya Musa a.s. masih hidup, dia tidak dapat mengelak dari mengikutiku”. (HR. Ahmad)
4. Dalam kitab-kitab suci sebelum Al Quran, tercantum nama dan sifat-sifat nabi Muhammad saw. Hal ini dapat terbaca dalam Kitab Perjanjian Lama, Kitab Ulangan 33 ayat 2: “… bahwa Tuhan telah datang dari Tursina dan telah terbit bagi mereka itu dari Seir, kelihatanlah ia dengan gemerlapan cahayanya dari gunuing Param”.
“Gunung Param”, menurut Kitab Perjanjian Lama, kitab Kejadian 21 ayat 21 adalah tempat putra Nabi Ibrahim, yaitu Ismail bersama ibunya, Hajar, memperoleh air Zamzam. Ini berarti bahwa tempat tersebut adalah kota Mekah. Dengan demikian, yang tercantum dalam Kitab Ulangan di atas mengisaratkan tiga tempat terpancarnya wahyu ilahi, yaitu: Tursina, tempat nabi Musa a.s., Seir, tempat Nabi Isa a.s., dan Mekkah, tempat nabi Muhammad saw. Sejarah membuktikan bahwa satu-satunya Nabi dari Mekah adalah beliau.
Demikian paling tidak empat fakta bahwa Allah swt.mengharumkan nama Nabi saw. sebagai gambaran penghargaan Allah swt. kepada beliau.
فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا . اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan.Dan sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan.
Ustadz Muhammad Abduh dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ayat ini diawali dengan huruh fa (fa-inna ma’al ‘usri yusran) untuk menunjukkan adanya kaitan antara kedua keadaan tersebut, yaitu antara timbulnya kesulitan dan datangnya kemudahan.Digunakannya kala Al sebelum kata Usri dalam kalimat (fa-inna ma’al ‘usri yusran) memberikan makna umum, yaitu segala macam kesulitan.Misalnya kesulitan berupa kemiskinan, kelemahan, pengkhianatan, pokoknya apapun kesulitan yang biasa dijumpai dalam kehidupan.
Jenis kesulitan apapun pasti dapat ditanggulangi, sepanjang orang yang menghadapi kesulitan tersebut memiliki jiwa yang kuat untuk mencari solusinya, menggunakan akal pikiran semaksimal, mungkin serta berdoa dan tawakkal kepada Allah swt.
Ayat ini mengajarkan bahwa setiap menghadapi berbagai kesulitan, kita harus yakin bahwa akan ada penyelesaiannya, akan ada jalan keluarnya. Keyakinan ini merupakan energi yang sangat berharga untuk bisa menyelesaikan segala persoalan. Dari jiwa yang penuh optimis akan lahir kecerdasan dan kearifan. Karenanya Allah swt.menegaskan dengan kalimat yang berulang-ulang, “Sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan. Dan sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan”.
Pengulangan ini dimaksudkan agar kita benar-benar yakin bahwa saat menghadapi kesulitan, sesungguhnya pada waktu yang bersamaan kita pasti akan bisa menemukan solusinya asalkan kita memiliki jiwa yang kuat, berpikir keras, ikhtiar yang sungguh-sungguh dan maksimal, serta berdoa kepada Allah swt.
Jadikanlah kesulitan sebagai media untuk mendewasakan karakter dan sikap. Selama kita hidup, pasti kita akan menghadapi berbagai ujian dan kesulitan. “Kami pasti akan menguji kamu dengan rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, kehilangan jiwa …” (Q.S. Al-Baqarah 2:155) Hadapi itu semua dengan kerja keras, berpikir cerdas, optimisme, dan doa. Ingatlah, “Sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan.Dan sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan”.
فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
Maka apabila kamu telah selesai dari suatu amalan, maka besungguh-sungguhlah dalam mengerjakan amalan lainnya.
Subhanallah, indah sekali ayat ini.Setelah Allah swt.menjelaskan bahwa dalam setiap kesulitan itu ada kemudahan, dilanjutkan dengan arahan berikutnya yang sangat berharga, “Maka apabila kamu telah selesai dari suatu amalan, maka besungguh-sungguhlah dalam mengerjakan amalan lainnya”.
Ayat ini menyuruh agar kita dinamis, kita harus terus bergerak, kerja keras tanpa lelah, berpikir tanpa henti. Kita berpacu dengan waktu! Jatah usia makin menipis, jangan biarkan waktu yang kita miliki lewat dengan sia-sia, tanpa karya, tanpa aktifitas. Umar bin Khattab r.a. berpesan, “Aku benci melihat kalian tidak melakukan aktifitas yang menyangkut kehidupan dunia, tidak pula untuk kehidupan akhirat !”
وَاِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap
Ayat terakhir ini diawali dengan
huruf penghubung Wa (Wa ilaa rabbika farghab) Wa artinya “dan”. Kata penghubung
ini menghubungkan ayat ke-7 ayat ke-8, “Fa-idza faraghta fanshab” Wa “ilaa
rabbika farghab”.Pada ayat 7, Allah swt.memerintahkan agar kita melakukan
kegiatan berikutnya setelah selesai dari suatu kegiatan. Sementara ayat 8,
Allah swt.memerintahkan agar kita selalu berharap hanya kepada Allah. Ini
mangandung makna bahwa seseorang harus selalu menghubungkan antara kesungguhan
berusaha dengan harapan dan kecenderungan hati kepada Allah swt.
Kita tidak cukup sekedar berusaha sungguh-sungguh tapi juga harus membingkai usaha dengan doa dan berharap pada Allah swt. Usaha yang dibingkai dengan doa dan berharap pada Allah akan melahirkan jiwa syukur kalau kita sukses dan sabar kalau usaha itu gagal. Jadikanlah kegagalan sebagai guru untuk meraih kesuksesan yang lainnya.Semua usaha tidak ada yang sia-sia kalau dibingkai dengan mengharap rido Allah swt.
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya. Wallahu A’lam. [1]
Artikel Hadis-Hadis
Kebersihan
Pengertian bersih atau suci
Bicara tentang bersih atau suci bagi
kita selaku umat Islam khususnya yang menjalankan syariatnya seolah menjadi hal
yang biasa dan tidak asing lagi.
Pengertian antara bersih dan suci
adalah berbeda, bersih bukan berarti suci begitu pula suci bukan verarti
bersuh.
Kesucian dalam Islam adalah sangat
penting yaitu suci dari najis, suci dari hadas kecil dan suci dari hadas besar.
Dan najis yang mengharuskan kita
bersuci digolongkan menjadi tiga diantaranya adalah :
a. Najis Mukhafafah atau najis ringan yaitu Air kencing anak kecil atau bayi yang hanya minum air susu ibu maka cara menghilangkanyacukup disiram pakai air.
b. Najis Mutawasitoh atau najis tingkat sedang yaitu terkena air kencing anak umur dua tahun ke atas atau kotoran ayam, cara membersihkanya yaitu di cuci dengan air sampai hilang warna, bau dan rasanya.
c. Najis Mugholadoh atau najis yang berat contoh seperti terkena air liur anjing cara membersihkanya yaitu di cuci sampai tujuh kali dan salah satunya menggunakan tanah atau debu.
a. Najis Mukhafafah atau najis ringan yaitu Air kencing anak kecil atau bayi yang hanya minum air susu ibu maka cara menghilangkanyacukup disiram pakai air.
b. Najis Mutawasitoh atau najis tingkat sedang yaitu terkena air kencing anak umur dua tahun ke atas atau kotoran ayam, cara membersihkanya yaitu di cuci dengan air sampai hilang warna, bau dan rasanya.
c. Najis Mugholadoh atau najis yang berat contoh seperti terkena air liur anjing cara membersihkanya yaitu di cuci sampai tujuh kali dan salah satunya menggunakan tanah atau debu.
Berbicara mengenai kebersihan
sebenarnya tidak lepas pula dengan kesucian tapi sekali
lagi bersih belum tentu suci atau dapat mensucikan seperti halnya dalam
membedakan antara air yang bersih dan suci. Kita sebenarnya tidak lepas dari
hal bersih dan suci dalam melaksanakan ibadah kepada Alloh karena syarat
syahnya kita menjalankan ibadah seperti sholat aadalah harus bersih dan suci.
Pelajaran yang dapat dipetik dari hadist diatas antara lain : Islam mengajarkan
kebersihan dan kesucian dalam segala al, pada badan, pakaian, makanan. Minuman,
tempat tinggal, lingkungan-lingkungan sekitar dan sebagainya.
Adapun suci berarti sesuatu yang tidak
najis atau tidak terkena najis yang membuat keabsahan suatu ibadah. Sedang
bersih berarti tidak kotor atau tidakterkena kotor. Adapun najis adalah sesuatu
yang menjijikan dan menghalangi keabsalian sholat dan kantor adalah sesuatu
yang menjijikan tetapi tidak menghalangi keabsahan dalam menjalankan ibadah
sholat.
v Kesucian itu separuh dari iman
Dari sangat pentingnya kesucian dalam
islam sehingga posisinya separoh iman dan menjadi syarat syahnya suatu ibadah
seperti sholat, menurut etmologi bersih baik hissiyah maupun maknawiyah
sedangkan menurut termonologi syarat kesucian adalah melakukan sesuatu yang
menimbulkan kebolehan atau pahala semata. Begitu besar bersuci sehingga nabi
sabdakan porsi bersuci dalam islam separoh
kemauan, Para ulama berbeda cara mengartikan kesucian dan iman yaitu :
Iman diartikan hakekat iman, iman menurut syarat yaitu hatinya membenarkan segala apa yang datang dari nabi arti kesucian itu separoh iman adalah sabda nabi Haji adalah arafah artinya wuquf di arafah adalah salah satu rukun yang amat penting dalam ibadah haji. Demikian juga kesucian dan kebersihan adalah bagian yang amat penting dalam iman sehingga posisi pahalanya separoh dari iman.
Iman diartikan hakekat iman, iman menurut syarat yaitu hatinya membenarkan segala apa yang datang dari nabi arti kesucian itu separoh iman adalah sabda nabi Haji adalah arafah artinya wuquf di arafah adalah salah satu rukun yang amat penting dalam ibadah haji. Demikian juga kesucian dan kebersihan adalah bagian yang amat penting dalam iman sehingga posisi pahalanya separoh dari iman.
Ø Iman diartikan
sholat sebagaimana dalam surat Al-Baqoroh 143
Artinya
Dan Alloh tidak akan menyia-nyiakan imanmu (sholat) separoh iman di artikan separh sholat sehingga tidak syah sholat tanpa bersuci terlbih dahulu. Maka porsinya separoh iman.
Dan dengan melaksanakan sholat banyak ingat pada alloh dan bersyukur maka manusia akan dapat berfikir dengan jernih dan akal sehat sehingga dapat menjaga hati dan sholatnya akan dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Dan Alloh tidak akan menyia-nyiakan imanmu (sholat) separoh iman di artikan separh sholat sehingga tidak syah sholat tanpa bersuci terlbih dahulu. Maka porsinya separoh iman.
Dan dengan melaksanakan sholat banyak ingat pada alloh dan bersyukur maka manusia akan dapat berfikir dengan jernih dan akal sehat sehingga dapat menjaga hati dan sholatnya akan dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
v Kebersihan
adalah fitrah
Rosululloh bersabda dalam sebuah hadist yang diriwayatnya
oleh Abi Hurairoh :
“Dari Abi hurairoh aku mendengar rosululloh SAW beresabda
: fitrah itu ada lima perkara yaitu : khitan, mencukur rambut sekitar kemaluan,
mencukur kumis, memotong kuku dan mencabut rambut ketiak (HR. Muttafaq Alayh)”
Pada hadist di atas Rosulloh mengajarkan kebersihan pada
manusia yang sesuai dengan karakter manusia dan menjadi sunah para nabi yaitu
yang disebut dengan fitrah yang diciptakan Allah secara fisik telah di bekalkan
manusia sejak lahir dan fitrah yang telah disebutkan dalam hadist dan tidak
boleh di rubah oleh manusia diantaranya :
a. Khitan
Khitan adalah wajib bagi laki-laki dan sunah atau sebagai
penghormatan bagi perempuan dan khitan hubungannya dengan kesucian karena
dengan khilan dapat menghilangkan sisa air kencing yang tertinggal pada
kemaluan seorang laki-laki
b. Mencukur rambut
sekitar kemaluan
Termasuk disunahkan mencabut atau mencukur rambut pada
sekitar kemaluan
c. Mencukur
kumis
Dengan di cukur sehingga bersih dan rapi
d. Memotrong kuku
Kuku disunahkan di potong sehingga tidak melebihi daging
pada jari-jari
e. Mencabut bulu
ketiak
Memotong bulu ketiak adalah fitrah atau disunahkan oleh
Nabi
v Macam-macam Hadits
1. Membaca Hadis Tentang Kebersihan.
Agar kemampuan membaca siswa dapat meningkat dan lebih
merata dalam satu kelas, maka dalam kegiatan membaca hadits ini dilakukan
dengan metode tutor sebaya dengan tata cara sebagai berikut :
Hadits 1
Artinya
: “Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah
saw. : Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia
Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan,
Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah
tempat-tempatmu” (HR. Tirmizi)”
Hadits 2
Artinya
: “Diriwayatkan dari Malik Al Asy’ari dia berkata, Rasulullah saw.
bersabda : Kebersihan adalah sebagian dari iman dan bacaan hamdalah dapat
memenuhi mizan (timbangan), dan bacaan subhanallahi walhamdulillah memenuhi
kolong langit dan bumi, dan shalat adalah cahaya dan shadaqah adalah pelita,
dan sabar adalah sinar, dan Al Quran adalah pedoman bagimu.” (HR.
Muslim)”
Hadits 3
Artinya
: “Diriwayatkan Abu Hurairah r.a. dia berkata : Rasulullah saw bersabda
: Jika aku tidak menjadikan berat umatku, maka sungguh aku perintahkan bersiwak
(menggosok gigi) setiap hendak shalat”. (HR Bukhari)
2. Memahami Isi/Kandungan hadits tentang kebersihan
Kebersihan membawa banyak manfaat
bagi kehidupan manusia. Sebaliknya, kotor dan jorok akan membawa banyak akibat
buruk dalam kehidupan. Orang yang dapat menjaga kebersihan badan, pakaian, dan
tempat (lingkungannya) akan dapat merasakan hidup nyaman. Sebaliknya, kalau
orang menganggap remeh masalah kebersihan, maka akan merasa terganggu baik oleh
penyakit maupun akibat buruk lain seperti polusi udara, pencemaran air dan
banjir. Bagaimana arahan dari ajaran Islam tentang masalah kebersihan ?
Rasulullah saw melalui berbagai haditsnya mengajarkan agar umat Islam menjadi
pelopor dalam hal menjaga kebersihan. Baik kebersihan badan, pakaian, maupun
lingkungan. Tiga hadis di atas merupakan sebagian dari hadis-hadis Rasulullah
saw yang menyoroti masalah kebersihan. Berikut ini merupakan kandungan
hadis-hadis Rasulullah saw tersebut :
Hadits 1 :
1. Kebersihan, kesucian, dan
keindahan merupakan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT. Jika kita melakukan
sesuatu yang disukai oleh Allah SWT, tentu mendapatkan nilai di hadapan-Nya,
yakni berpahala. Dengan kata lain, Kotor, jorok, sampah berserakan, lingkungan
yang semrawut dan tidak indah itu tidak disukai oleh Allah SWT. Sebagai hamba
yang taat, tentu kita terdorong untuk melakukan hal-hal yang disukai oleh Allah
SWT.
2. Untuk mewujudkan kebersihan dan
keindahan tersebut dapat dimulai dari diri kita sendiri, di lingkungan
keluarga, masyarakat, maupun di lingkungan sekolah. Bentuknya juga sangat
bermacam-macam, mulai dari membersihkan diri setiap hari, membersihkan kelas,
menata ruang kelas sehingga tampak indah dan nyaman.Bila kita dapat mewujudkan
kebersihan dan keindahan, maka kehidupan kita pasti terasa lebih nyaman.
Hadits 2 :
1. Dalam hadis yang kedua dinyatakan
bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman. Maksudnya adalah, keimanan
seseorang akanmenjadi lengkap kalau dia dapat menjaga kebersihan. Dengan kata
lain, orang yang tidak dapat menjaga kebersihan berarti keimanannya masih belum
sempurna. Secara tidak langsung hadis ini menandaskan bahwa kebersihan bagi
umat Islam merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diterapkan.
2. Dalam hadis mengenai kebersihan
ini juga dirangkai dengan pernyataan Rasulullah sebagai berikut
• Kebersihan sebagian dari iman
• Berzikir dengan membaca
“Alhamdulillah” itu memenuhi mizan (timbangan) amal baik kelak di hari kiamat.
• Berzikit “Subhanallah
walhamdulillah” pahalanya memenuhi kolong langit dan bumi.
• Shalat itu cahaya bagi umat Islam
• Shadaqah itu pelita bagi umat
Islam
• Sabar itu sinar bagi umat Islam
• Dan Al Quran merupakan pedoman
hidup umat Islam.
Rangkaian hadits semacam ini secara
tidak langsung juga sebagai isyarat bahwa menjaga kebersihan adalah sangat
penting dan utama sebagaimana keutamaan dari zikir, shalat, shadaqah, dan
sabar.
Hadits 3 :
1. Dalam hadis yang ketiga ini
Rasulullah saw sebenarnya ingin mewajibkan umat Islam untuk selalu menggosok
gigi setiap hendak shalat, karena memang menjaga kebersihan gigi merupakan hal
yang sangat penting. Namun beliau khawatir jangan-jangan hal ini akan
memberatkan umat Islam.
2. Kesehatan gigi sangat berpengaruh
terhadap berbagai aspek kehidupan. Cara untuk menjaga dan memelihara kesehatan
gigi adalah dengan menggosoknya.Gigi yang kita miliki mempunyai fungsi yang
sangat banyak, diantaranya untuk melumatkan makanan dan menjaga penampilan.
Orang yang tidak rajin menggosok gigi akan berakibat giginya tidak sehat. Gigi
yang tidak sehat dapat mengakibatkan penyakit gigi dan bau mulut yang tidak
sedap.Kedua hal ini tentu tidak kita inginkan.Bagaimana agar tidak
terjadi?Tentu dengan rajin menggosok gigi.
Pokok-Pokok Hadits
1) Bersuci dalam islam
baik lahir maupun batin merupakan sebagian dari iman.
2) Banyak mengucapkan
Subahanallah Walhamdulillah dapat memenuhi.
3) Orang yang melakukan
shalat dengan baik maka hatinya akan menjadi terang, bersih, dan senang beramal
saleh.
4) Orang yang beriman,
senang bersadaqah.
5) Orang yang beriman,
akan tabah dan sabar dalam menghadapi kewajiban dan cobaan.
6) Al-quran itu manjadi
petunjuk bagi orang yang beriman dalam melakukan perbuatan yang baik dan
mencegah perbuatan yang tidak baik.
7) Setiap orang yang
beriman harus membiasakan diri berjihad melawan hawa nafsu karena mengharapkan
Ridho Allah.
VI.
Kesimpulan
Dari hadits diatas sudah jelas perantaranya bahwa sebagai umat islam kita harus
menjaga kebersihan baik rohani dan jasmani sesuai dengan apa yang tertera dalam
Hadits dan Al-Quran. [2]
Pendapat
A.
Surah Al-Insyirah
Menurut saya Surat Al-insyirah ini sangat banyak sekali
manfaatnya untuk saya sendiri apa lagi untuk orang lain, karena bisa kita ambil
dari nama Al-Insyirah yang diambil dari kata alam nasyrah yang berarti
“Bukankah kami telah melapangkan”. Jadi
ketika kita sedang dalam memperoleh kesulitan, kita diwajibkan oleh Allah SWT
untuk bersabar dan melapangkan dada kita, seperti apa yang pernah dicontohkan
oleh nabi besar Muhammad SAW yang tetap bersabar dan melapangkan dadanya saat
mendapat cobaan yang sangat besar dari Allah SWT. Yaitu ketika istri dan paman
tercinta beliau berpulang ke Rahmatullah apalagi ditambah dengan semakin
gencarnya serangan dan dan tekanan dari kaum Quraisy karena semua itu pasti ada
titik baliknya seperti yang telah dijelaskan dan ditekankan bahkan
sampai-sampai diulang dua kali oleh Allah SWT pada surat Al-Insyirah tepatnya
pada ayat ke-5 dan ke-6 yaitu “Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahanan”
lalau “Beserta kesulitan ada kemudahan”. maka dari itu ketika kita mendapat
cobaan yang sangat berat dari Allah SWT maka ingatlah bahwa semua itu pasti ada
jalan keluarnya. Adapun fungsi yang lain adalalah kita dapat membaca ayat ini berulang kali dan lebih
afdolnya dibaca setelah sholat dan insya Allah kita akan mendapat pertolongan
dari Allah SWT.
B. Hadist-Hadist Kebersihan
Menurut saya hadist tentang kebersihan ini sangat banyak
sekali manfaatnya terutama untuk saya sendiri apalagi orang lain, karena dengan
hadist ini kita bisa semakin termotivasi untuk hidup bersih dan sehat. karena
biasanya kalau kita dianjurkan untuk melakukan sesuatu oleh sesama manusia,
kita terkadang mengabaikannya, tapi untuk yang satu ini hadist-haidis ini
langsung diucapkan oleh Tuhan para umat manusia yaitu Allah SWT, Rasulullah dan
para sahabat-sahabatnya. seperti contohnya
1. Kebersihan, kesucian, dan keindahan merupakan sesuatu
yang disukai oleh Allah SWT. Jika kita melakukan sesuatu yang disukai oleh
Allah SWT, tentu mendapatkan nilai di hadapan-Nya, yakni berpahala. Dengan kata
lain, Kotor, jorok, sampah berserakan, lingkungan yang semrawut dan tidak indah
itu tidak disukai oleh Allah SWT. Sebagai hamba yang taat, tentu kita terdorong
untuk melakukan hal-hal yang disukai oleh Allah SWT.
2. Untuk mewujudkan kebersihan dan keindahan tersebut dapat
dimulai dari diri kita sendiri, di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di
lingkungan sekolah. Bentuknya juga sangat bermacam-macam, mulai dari
membersihkan diri setiap hari, membersihkan kelas, menata ruang kelas sehingga
tampak indah dan nyaman.Bila kita dapat mewujudkan kebersihan dan keindahan,
maka kehidupan kita pasti terasa lebih nyaman.
maka kemungkinan kita
untuk meninggalkan anjuran itu sangatlah kecil, karena inagatlah dengan kita
mengikuti hadist-hadist kebersihan, kita akan mendapatkan banyak sekali manfaat
seperti terhindari kita akan menjadi pribadi yang sehat, insya Allah akan
terbebas dari segala penyakit dan kita akan dicintai oleh Allah. karena telah
difirmankan bahwa Allah SWT sangat menyukai dan mencintai apa-apa saja yang
suci dan indah terutama para manusia. maka dari itu marilah kita untuk
berbondong-bondong untuk menjaga kebersihan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar