Minggu, 09 Februari 2014

Artikel Surat Al-Insyirah dan Hadist Kebersihan

Artikel Al-Insyiroh
http://wakseman.files.wordpress.com/2010/02/al-insyirah.jpg?w=300&h=150
Tafsir Surat Alam Nasyrah

1.  Bukankah kami Telah melapangkan untukmu dadamu?,
2.  Dan kami Telah menghilangkan daripadamu bebanmu,
3.  Yang memberatkan punggungmu[1584]?
4.  Dan kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu[1585],
5.  Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
6.  Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
7.  Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang    lain
8.  Dan Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

yang dimaksud dengan beban di sini ialah kesusahan-kesusahan yang diderita nabi Muhammad s.a.w. dalam menyampaikan risalah.
meninggikan nama nabi Muhammad s.a.w di sini maksudnya ialah meninggikan derajat dan mengikutkan namanya dengan nama Allah dalam kalimat syahadat, menjadikan taat kepada nabi termasuk taat kepada Allah dan lain-lain.
 Maksudnya: sebagian ahli tafsir menafsirkan apabila kamu (Muhammad) Telah selesai berdakwah Maka beribadatlah kepada Allah; apabila kamu Telah selesai mengerjakan urusan dunia Maka kerjakanlah urusan akhirat, dan ada lagi yang mengatakan: apabila Telah selesai mengerjakan shalat berdoalah.

(Q.S. Alam Nasyrah 94 :1-8)

اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ

Bukankah Kami telah melapangkan bagimu dadamu?

Kalimat “melapangkan dada”, dalam bahasa Arab, biasanya digunakan untuk menggambarkan kelapangan dan kekuatan jiwa dalam berbuat atau berbicara. Karena itu, kalimat “melapangkan dada” pernah dipakai oleh nabi Musa a.s. saat akan menghadapi Fir’aun dalam bentuk do’a, Robbisyrohlii shadri wa yassirlii amrii wahlul ‘uqdatan min lisaani yafqahuu qaoli, artinya “Ya Allah lapangkanlah untukku dadaku, mudahkanlah untukku urusanku, serta lepaskanlah kekakuan lidahku supaya mereka mengerti perkataanku.” (Q.S. 20: 25-27) . Ini mengandung makna bahwa nabi Musa a.s. memohon diberi kelapangan dan kekuatan jiwa saat menghadapi Fir’aun yang begitu zalim dan sangat besar kekuasaannya.

Berdasarkan hal ini, bisa kita tafsirkan bahwa ayat ini berbicara tentang “kelapangan dada” dalam arti bahwa Allah swt.telah memberikan kekuatan kepada Nabi saw. untuk menemukan kebenaran, kearifan, dan kelapangan hati untuk memaafkan kesalahan orang yang berbuat zalim kepadanya serta kekuatan dalam menghadapi gangguan-gangguan orang lain.

Abdullah bin Mas’ud pernah bertanya kepada Nabi saw., “Ya Rasulullah, apakah dada bisa menjadi lapang?” “Ya, dengan masuknya cahaya ke dalam hati!” Jawab Rasul. “Apakah untuk itu ada tandanya?”Rasulullah Saw menjawab, “Tanda-tanda masuknya cahaya tersebut ke dalam hati seseorang tercermin dalam sikapnya menjauhkan diri dari kehidupan dunia yang memperdaya, serta cenderung menjadikan tumpuan aktifitas kepada kehidupan yang abadi dan mempersiapkan diri untuk maut.”

Tanda kelapangan hati dalam keterangan ini bukan berarti meninggalkan dunia secara total, karena Allah swt.dengan tegas memerintahkan agar kita mencari dunia dan menggunakannya sebagai sarana untuk menggapai kebahagiaan akhirat (Q.S. Al Qashas 28: 77). Orang yang memiliki kelapangan dada adalah mereka yang menggunakan dunia hanya sebatas genggamannya, tidak diperbudak dunia.Dunia dijadikan sarana untuk berbekal demi kehidupan yang abadi di kampung akhirat.

Jadi, yang dimaksud dengan Bukankah Kami telah melapangkan bagimu dadamu adalah Allah swt.telah membukakan hati Nabi saw. untuk menerima cahaya ilahi sehingga beliau memiliki kearifan, mempunyai kelapangan hati untuk menghadapi berbagai kesulitan, serta memahami hakikat kehidupan. Ini merupakan modal yang sangat penting dalam mengarungi kehidupan. Siapapun yang memiliki hal ini, tentu akan merasakan keberuntungan dalam kehidupan dunia dan akhirat.

وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ . اَلَّذِى أَنْقَضَ ظَهْرَكَ

Dan Kami telah menghilangkan darimu bebanmu, yang memberati punggungmu.

Kedua ayat ini mengisyaratkan bahwa Nabi saw. pernah merasakan beban yang sangat berat dalam kehidupan ini. Pertanyaannya, apa gerangan beban berat tersebut? Muhammad Abduh dalam tafsirnya menjelaskan bahwa beban yang berat itu adalah beban psikologis yang diakibatkan oleh keadaan umatnya yang diyakini beliau berada dalam jurang kebinasaan. Namun, saat itu beliau tidak tahu apa solusi yang tepat untuk memperbaiki keadaan masyarakatnya.

Pendapat ini cukup logis kalau kita mencermati kebiasaan Nabi saw. sebelum menerima wahyu. Sejarah mencatat, Nabi saw. sering menyendiri di gua Hira untuk berkontemplasi, merenung tentang keadaan masyarakatnya yang penuh kezaliman. Beliau berpikir keras mencari jalan keluar bagaimana menanggulangi keadaan masyarakat Arab yang penuh dengan kebejatan moral.Maka, di tengah menghadapi beban psikologis yang begitu berat, Allah swt.mengutus malaikat Jibril untuk memberikan wahyu kepadanya. Dengan wahyu Allahlah Nabi saw. mendapatkan pencerahan-pencerahan tentang bagaimana menanggulangi umat manusia yang diliputi kezaliman dan kebejatan moral.

وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ

Dan Kami kami tinggikan bagimu sebutanmu?
Ini merupakan penghargaan Allah swt.untuk Nabi saw. bahwa nama beliau akan selalu diucapkan selama bumi ini masih hidup. Prof. M. Quraish Shihab dalam bukunya Tafsir Al-Qur’an Al-Karim, hal 452 mengutip pendapat sejumlah pendapat para ulama tentang ketinggian penghargaan untuk Nabi saw. Katanya, ketinggian nama Nabi Muhammad saw. tercermin antara lain.

1. Ketetapan Tuhan untuk tidak menerima suatu pengakuan tentang keesaann-Nya kecuali berbarengan dengan pengakuan tentang kerasulan nabi Muhammad saw.
2. Digandengkannya nama Allah swt. dengan nama beliau dalam syahadat, azan, dan iqamah serta kewajiban taat kepadanya merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah swt.
3. Setiap nabi yang diutus telah mengikat janji dengan Tuhan untuk mempercayai dan membela nabi Muhammad saw. sebagaimana ditegaskan dalam ayat berikut. “Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi, “Sungguh apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah, kemudian datang kepadamu seorang Rasul (Muhammad) yang membenarkan apa yang ada padamu, nisacaya kamu sungguh-sungguh akan beriman kepadanya dan menolongnya.” Allah berfirman:

 “Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku yang demikian itu?” Mereka (para nabi) menjawab, “Kami mengakui…” (Q.S. Ali Imran 3:81)

Dalam kaitan ini, Nabi Saw bersabda, “Demi Allah yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, seandainya Musa a.s. masih hidup, dia tidak dapat mengelak dari mengikutiku”. (HR. Ahmad)

4. Dalam kitab-kitab suci sebelum Al Quran, tercantum nama dan sifat-sifat nabi Muhammad saw. Hal ini dapat terbaca dalam Kitab Perjanjian Lama, Kitab Ulangan 33 ayat 2: “… bahwa Tuhan telah datang dari Tursina dan telah terbit bagi mereka itu dari Seir, kelihatanlah ia dengan gemerlapan cahayanya dari gunuing Param”.

“Gunung Param”, menurut Kitab Perjanjian Lama, kitab Kejadian 21 ayat 21 adalah tempat putra Nabi Ibrahim, yaitu Ismail bersama ibunya, Hajar, memperoleh air Zamzam. Ini berarti bahwa tempat tersebut adalah kota Mekah. Dengan demikian, yang tercantum dalam Kitab Ulangan di atas mengisaratkan tiga tempat terpancarnya wahyu ilahi, yaitu: Tursina, tempat nabi Musa a.s., Seir, tempat Nabi Isa a.s., dan Mekkah, tempat nabi Muhammad saw. Sejarah membuktikan bahwa satu-satunya Nabi dari Mekah adalah beliau.

Demikian paling tidak empat fakta bahwa Allah swt.mengharumkan nama Nabi saw. sebagai gambaran penghargaan Allah swt. kepada beliau.

فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا  . اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan.Dan sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan.

Ustadz Muhammad Abduh dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ayat ini diawali dengan huruh fa (fa-inna ma’al ‘usri yusran) untuk menunjukkan adanya kaitan antara kedua keadaan tersebut, yaitu antara timbulnya kesulitan dan datangnya kemudahan.Digunakannya kala Al sebelum kata Usri dalam kalimat (fa-inna ma’al ‘usri yusran) memberikan makna umum, yaitu segala macam kesulitan.Misalnya kesulitan berupa kemiskinan, kelemahan, pengkhianatan, pokoknya apapun kesulitan yang biasa dijumpai dalam kehidupan.

Jenis kesulitan apapun pasti dapat ditanggulangi, sepanjang orang yang menghadapi kesulitan tersebut memiliki jiwa yang kuat untuk mencari solusinya, menggunakan akal pikiran semaksimal, mungkin serta berdoa dan tawakkal kepada Allah swt.


Ayat ini mengajarkan bahwa setiap menghadapi berbagai kesulitan, kita harus yakin bahwa akan ada penyelesaiannya, akan ada jalan keluarnya. Keyakinan ini merupakan energi yang sangat berharga untuk bisa menyelesaikan segala persoalan. Dari jiwa yang penuh optimis akan lahir kecerdasan dan kearifan. Karenanya Allah swt.menegaskan dengan kalimat yang berulang-ulang, “Sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan. Dan sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan”.

Pengulangan ini dimaksudkan agar kita benar-benar yakin bahwa saat menghadapi kesulitan, sesungguhnya pada waktu yang bersamaan kita pasti akan bisa menemukan solusinya asalkan kita memiliki jiwa yang kuat, berpikir keras, ikhtiar yang sungguh-sungguh dan maksimal, serta berdoa kepada Allah swt.

Jadikanlah kesulitan sebagai media untuk mendewasakan karakter dan sikap. Selama kita hidup, pasti kita akan menghadapi berbagai ujian dan kesulitan. “Kami pasti akan menguji kamu dengan rasa takut, kelaparan, kekurangan harta, kehilangan jiwa …” (Q.S. Al-Baqarah 2:155) Hadapi itu semua dengan kerja keras, berpikir cerdas, optimisme, dan doa. Ingatlah, “Sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan.Dan sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu ada kemudahan”.

فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ

Maka apabila kamu telah selesai dari suatu amalan, maka besungguh-sungguhlah dalam mengerjakan amalan lainnya.

Subhanallah, indah sekali ayat ini.Setelah Allah swt.menjelaskan bahwa dalam setiap kesulitan itu ada kemudahan, dilanjutkan dengan arahan berikutnya yang sangat berharga, “Maka apabila kamu telah selesai dari suatu amalan, maka besungguh-sungguhlah dalam mengerjakan amalan lainnya”.

Ayat ini menyuruh agar kita dinamis, kita harus terus bergerak, kerja keras tanpa lelah, berpikir tanpa henti. Kita berpacu dengan waktu! Jatah usia makin menipis, jangan biarkan waktu yang kita miliki lewat dengan sia-sia, tanpa karya, tanpa aktifitas. Umar bin Khattab r.a. berpesan, “Aku benci melihat kalian tidak melakukan aktifitas yang menyangkut kehidupan dunia, tidak pula untuk kehidupan akhirat !”


وَاِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ

Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap
Ayat terakhir ini diawali dengan huruf penghubung Wa (Wa ilaa rabbika farghab) Wa artinya “dan”. Kata penghubung ini menghubungkan ayat ke-7 ayat ke-8, “Fa-idza faraghta fanshab” Wa “ilaa rabbika farghab”.Pada ayat 7, Allah swt.memerintahkan agar kita melakukan kegiatan berikutnya setelah selesai dari suatu kegiatan. Sementara ayat 8, Allah swt.memerintahkan agar kita selalu berharap hanya kepada Allah. Ini mangandung makna bahwa seseorang harus selalu menghubungkan antara kesungguhan berusaha dengan harapan dan kecenderungan hati kepada Allah swt.


Kita tidak cukup sekedar berusaha sungguh-sungguh tapi juga harus membingkai usaha dengan doa dan berharap pada Allah swt. Usaha yang dibingkai dengan doa dan berharap pada Allah akan melahirkan jiwa syukur kalau kita sukses dan sabar kalau usaha itu gagal. Jadikanlah kegagalan sebagai guru untuk meraih kesuksesan yang lainnya.Semua usaha tidak ada yang sia-sia kalau dibingkai dengan mengharap rido Allah swt.
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya. Wallahu A’lam. [1]



Artikel Hadis-Hadis Kebersihan

Pengertian bersih atau suci

Bicara tentang bersih atau suci bagi kita selaku umat Islam khususnya yang menjalankan syariatnya seolah menjadi hal yang biasa dan tidak asing lagi.
Pengertian antara bersih dan suci adalah berbeda, bersih bukan berarti suci begitu pula suci bukan verarti bersuh.
Kesucian dalam Islam adalah sangat penting yaitu suci dari najis, suci dari hadas kecil dan suci dari hadas besar.
Dan najis yang mengharuskan kita bersuci digolongkan menjadi tiga diantaranya adalah :
a.       Najis Mukhafafah atau najis ringan yaitu Air kencing anak kecil atau bayi yang hanya minum air    susu ibu maka cara menghilangkanyacukup disiram pakai air.
b.      Najis Mutawasitoh atau najis tingkat sedang yaitu terkena air kencing anak umur dua tahun ke atas atau kotoran ayam, cara membersihkanya yaitu di cuci dengan air sampai hilang warna, bau dan rasanya.
c.       Najis Mugholadoh atau najis yang berat contoh seperti terkena air liur anjing cara membersihkanya yaitu di cuci sampai tujuh kali dan salah satunya menggunakan tanah atau debu.
Berbicara mengenai kebersihan sebenarnya tidak lepas pula dengan kesucian tapi sekali lagi bersih belum tentu suci atau dapat mensucikan seperti halnya dalam membedakan antara air yang bersih dan suci. Kita sebenarnya tidak lepas dari hal bersih dan suci dalam melaksanakan ibadah kepada Alloh karena syarat syahnya kita menjalankan ibadah seperti sholat aadalah harus bersih dan suci. Pelajaran yang dapat dipetik dari hadist diatas antara lain : Islam mengajarkan kebersihan dan kesucian dalam segala al, pada badan, pakaian, makanan. Minuman, tempat tinggal, lingkungan-lingkungan sekitar dan sebagainya.
Adapun suci berarti sesuatu yang tidak najis atau tidak terkena najis yang membuat keabsahan suatu ibadah. Sedang bersih berarti tidak kotor atau tidakterkena kotor. Adapun najis adalah sesuatu yang menjijikan dan menghalangi keabsalian sholat dan kantor adalah sesuatu yang menjijikan tetapi tidak menghalangi keabsahan dalam menjalankan ibadah sholat.

  Kesucian itu separuh dari iman
Dari sangat pentingnya kesucian dalam islam sehingga posisinya separoh iman dan menjadi syarat syahnya suatu ibadah seperti sholat, menurut etmologi bersih baik hissiyah maupun maknawiyah sedangkan menurut termonologi syarat kesucian adalah melakukan sesuatu yang menimbulkan kebolehan atau pahala semata. Begitu besar bersuci sehingga nabi sabdakan porsi bersuci dalam islam separoh kemauan, Para ulama berbeda cara mengartikan kesucian dan iman yaitu :

  Iman diartikan hakekat iman, iman menurut syarat yaitu hatinya membenarkan segala apa yang datang dari nabi arti kesucian itu separoh iman adalah sabda nabi                                  Haji adalah arafah artinya wuquf di arafah adalah salah satu rukun yang amat penting dalam ibadah haji. Demikian juga kesucian dan kebersihan adalah bagian yang amat penting dalam iman sehingga posisi pahalanya separoh dari iman.










   Ø  Iman diartikan sholat sebagaimana dalam surat Al-Baqoroh 143

http://2.bp.blogspot.com/-iQSf5MzHx3U/UPlXOy0wF-I/AAAAAAAAA_Q/oTTehBMcjkw/s400/2-143.png

Artinya
Dan Alloh tidak akan menyia-nyiakan imanmu (sholat) separoh iman di artikan separh sholat sehingga tidak syah sholat tanpa bersuci terlbih dahulu. Maka porsinya separoh iman.
Dan dengan melaksanakan sholat banyak ingat pada alloh dan bersyukur maka manusia akan dapat berfikir dengan jernih dan akal sehat sehingga dapat menjaga hati dan sholatnya akan dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
v  Kebersihan adalah fitrah
Rosululloh bersabda dalam sebuah hadist yang diriwayatnya oleh Abi  Hurairoh :
Dari Abi hurairoh aku mendengar rosululloh SAW beresabda : fitrah itu ada lima perkara yaitu : khitan, mencukur rambut sekitar kemaluan, mencukur kumis, memotong kuku dan mencabut rambut ketiak (HR. Muttafaq Alayh)
Pada hadist di atas Rosulloh mengajarkan kebersihan pada manusia yang sesuai dengan karakter manusia dan menjadi sunah para nabi yaitu yang disebut dengan fitrah yang diciptakan Allah secara fisik telah di bekalkan manusia sejak lahir dan fitrah yang telah disebutkan dalam hadist dan tidak boleh di rubah oleh manusia diantaranya :
a.       Khitan
Khitan adalah wajib bagi laki-laki dan sunah atau sebagai penghormatan bagi perempuan dan khitan hubungannya dengan kesucian karena dengan khilan dapat menghilangkan sisa air kencing yang tertinggal pada kemaluan seorang laki-laki
b.      Mencukur rambut sekitar kemaluan
Termasuk disunahkan mencabut atau mencukur rambut pada sekitar kemaluan
c.       Mencukur kumis
Dengan di cukur sehingga bersih dan rapi
d.      Memotrong kuku
Kuku disunahkan di potong sehingga tidak melebihi daging pada jari-jari
e.       Mencabut bulu ketiak
Memotong bulu ketiak adalah fitrah atau disunahkan oleh Nabi

v  Macam-macam Hadits
1. Membaca Hadis Tentang Kebersihan.

Agar kemampuan membaca siswa dapat meningkat dan lebih merata dalam satu kelas, maka dalam kegiatan membaca hadits ini dilakukan dengan metode tutor sebaya dengan tata cara sebagai berikut :

Hadits 1
http://4.bp.blogspot.com/-GZRlFsMqp2E/UPlXu4s0GKI/AAAAAAAAA_Y/dYmOvU-SvNs/s400/hadits1.png

Artinya : “Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah saw. : Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu” (HR. Tirmizi)”

http://3.bp.blogspot.com/-6AbJkKzJzvI/UPlZ_3CobBI/AAAAAAAABAE/dAZG2gDPPL8/s400/mufradat1.png

Hadits 2
http://2.bp.blogspot.com/-FhacTE3bQ9c/UPlansmfTUI/AAAAAAAABAM/MaiWzgB-FTE/s400/hadits2.png

Artinya : “Diriwayatkan dari Malik Al Asy’ari dia berkata, Rasulullah saw. bersabda : Kebersihan adalah sebagian dari iman dan bacaan hamdalah dapat memenuhi mizan (timbangan), dan bacaan subhanallahi walhamdulillah memenuhi kolong langit dan bumi, dan shalat adalah cahaya dan shadaqah adalah pelita, dan sabar adalah sinar, dan Al Quran adalah pedoman bagimu.” (HR. Muslim)”
http://1.bp.blogspot.com/-9R7l7CtNymc/UPla-9sKSKI/AAAAAAAABAU/gui3q1JYqbY/s400/mufradt2.png
Hadits 3
http://4.bp.blogspot.com/-VacUBrAU0Mw/UPlbcc6eUdI/AAAAAAAABAc/CqshxvGS-EY/s320/hadits3.png
Artinya : “Diriwayatkan Abu Hurairah r.a. dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Jika aku tidak menjadikan berat umatku, maka sungguh aku perintahkan bersiwak (menggosok gigi) setiap hendak shalat”. (HR Bukhari)

http://1.bp.blogspot.com/-6cMQ0Odo3UI/UPlcw6_TIoI/AAAAAAAABBI/TZuCWG5OeXc/s400/mufradat3.png
2. Memahami Isi/Kandungan hadits tentang kebersihan

Kebersihan membawa banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Sebaliknya, kotor dan jorok akan membawa banyak akibat buruk dalam kehidupan. Orang yang dapat menjaga kebersihan badan, pakaian, dan tempat (lingkungannya) akan dapat merasakan hidup nyaman. Sebaliknya, kalau orang menganggap remeh masalah kebersihan, maka akan merasa terganggu baik oleh penyakit maupun akibat buruk lain seperti polusi udara, pencemaran air dan banjir. Bagaimana arahan dari ajaran Islam tentang masalah kebersihan ? Rasulullah saw melalui berbagai haditsnya mengajarkan agar umat Islam menjadi pelopor dalam hal menjaga kebersihan. Baik kebersihan badan, pakaian, maupun lingkungan. Tiga hadis di atas merupakan sebagian dari hadis-hadis Rasulullah saw yang menyoroti masalah kebersihan. Berikut ini merupakan kandungan hadis-hadis Rasulullah saw tersebut :

Hadits 1 :

1. Kebersihan, kesucian, dan keindahan merupakan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT. Jika kita melakukan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT, tentu mendapatkan nilai di hadapan-Nya, yakni berpahala. Dengan kata lain, Kotor, jorok, sampah berserakan, lingkungan yang semrawut dan tidak indah itu tidak disukai oleh Allah SWT. Sebagai hamba yang taat, tentu kita terdorong untuk melakukan hal-hal yang disukai oleh Allah SWT.
2. Untuk mewujudkan kebersihan dan keindahan tersebut dapat dimulai dari diri kita sendiri, di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di lingkungan sekolah. Bentuknya juga sangat bermacam-macam, mulai dari membersihkan diri setiap hari, membersihkan kelas, menata ruang kelas sehingga tampak indah dan nyaman.Bila kita dapat mewujudkan kebersihan dan keindahan, maka kehidupan kita pasti terasa lebih nyaman.

Hadits 2 :

1. Dalam hadis yang kedua dinyatakan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman. Maksudnya adalah, keimanan seseorang akanmenjadi lengkap kalau dia dapat menjaga kebersihan. Dengan kata lain, orang yang tidak dapat menjaga kebersihan berarti keimanannya masih belum sempurna. Secara tidak langsung hadis ini menandaskan bahwa kebersihan bagi umat Islam merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diterapkan.
2. Dalam hadis mengenai kebersihan ini juga dirangkai dengan pernyataan Rasulullah sebagai berikut
• Kebersihan sebagian dari iman
• Berzikir dengan membaca “Alhamdulillah” itu memenuhi mizan (timbangan) amal baik kelak di hari kiamat.
• Berzikit “Subhanallah walhamdulillah” pahalanya memenuhi kolong langit dan bumi.
• Shalat itu cahaya bagi umat Islam
• Shadaqah itu pelita bagi umat Islam
• Sabar itu sinar bagi umat Islam
• Dan Al Quran merupakan pedoman hidup umat Islam.
Rangkaian hadits semacam ini secara tidak langsung juga sebagai isyarat bahwa menjaga kebersihan adalah sangat penting dan utama sebagaimana keutamaan dari zikir, shalat, shadaqah, dan sabar.

Hadits 3 :

1. Dalam hadis yang ketiga ini Rasulullah saw sebenarnya ingin mewajibkan umat Islam untuk selalu menggosok gigi setiap hendak shalat, karena memang menjaga kebersihan gigi merupakan hal yang sangat penting. Namun beliau khawatir jangan-jangan hal ini akan memberatkan umat Islam.
2. Kesehatan gigi sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan. Cara untuk menjaga dan memelihara kesehatan gigi adalah dengan menggosoknya.Gigi yang kita miliki mempunyai fungsi yang sangat banyak, diantaranya untuk melumatkan makanan dan menjaga penampilan. Orang yang tidak rajin menggosok gigi akan berakibat giginya tidak sehat. Gigi yang tidak sehat dapat mengakibatkan penyakit gigi dan bau mulut yang tidak sedap.Kedua hal ini tentu tidak kita inginkan.Bagaimana agar tidak terjadi?Tentu dengan rajin menggosok gigi.

  Pokok-Pokok Hadits

1)   Bersuci dalam islam baik lahir maupun batin merupakan sebagian dari iman.
2)   Banyak mengucapkan Subahanallah Walhamdulillah dapat memenuhi.
3)   Orang yang melakukan shalat dengan baik maka hatinya akan menjadi terang, bersih, dan senang beramal saleh.
4)   Orang yang beriman, senang bersadaqah.
5)   Orang yang beriman, akan tabah dan sabar dalam menghadapi kewajiban dan cobaan.
6)   Al-quran itu manjadi petunjuk bagi orang yang beriman dalam melakukan perbuatan yang baik dan mencegah perbuatan yang tidak baik.
7)   Setiap orang yang beriman harus membiasakan diri berjihad melawan hawa nafsu karena mengharapkan Ridho Allah.

VI. Kesimpulan
          Dari hadits diatas sudah jelas perantaranya bahwa sebagai umat islam kita harus menjaga kebersihan baik rohani dan jasmani sesuai dengan apa yang tertera dalam Hadits dan Al-Quran. [2]

Pendapat
A. Surah Al-Insyirah

Menurut saya Surat Al-insyirah ini sangat banyak sekali manfaatnya untuk saya sendiri apa lagi untuk orang lain, karena bisa kita ambil dari nama Al-Insyirah yang diambil dari kata alam nasyrah yang berarti “Bukankah kami telah  melapangkan”. Jadi ketika kita sedang dalam memperoleh kesulitan, kita diwajibkan oleh Allah SWT untuk bersabar dan melapangkan dada kita, seperti apa yang pernah dicontohkan oleh nabi besar Muhammad SAW yang tetap bersabar dan melapangkan dadanya saat mendapat cobaan yang sangat besar dari Allah SWT. Yaitu ketika istri dan paman tercinta beliau berpulang ke Rahmatullah apalagi ditambah dengan semakin gencarnya serangan dan dan tekanan dari kaum Quraisy karena semua itu pasti ada titik baliknya seperti yang telah dijelaskan dan ditekankan bahkan sampai-sampai diulang dua kali oleh Allah SWT pada surat Al-Insyirah tepatnya pada ayat ke-5 dan ke-6 yaitu “Sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahanan” lalau “Beserta kesulitan ada kemudahan”. maka dari itu ketika kita mendapat cobaan yang sangat berat dari Allah SWT maka ingatlah bahwa semua itu pasti ada jalan keluarnya. Adapun fungsi yang lain adalalah kita  dapat membaca ayat ini berulang kali dan lebih afdolnya dibaca setelah sholat dan insya Allah kita akan mendapat pertolongan dari Allah SWT.

B.  Hadist-Hadist Kebersihan

Menurut saya hadist tentang kebersihan ini sangat banyak sekali manfaatnya terutama untuk saya sendiri apalagi orang lain, karena dengan hadist ini kita bisa semakin termotivasi untuk hidup bersih dan sehat. karena biasanya kalau kita dianjurkan untuk melakukan sesuatu oleh sesama manusia, kita terkadang mengabaikannya, tapi untuk yang satu ini hadist-haidis ini langsung diucapkan oleh Tuhan para umat manusia yaitu Allah SWT, Rasulullah dan para sahabat-sahabatnya. seperti contohnya
1. Kebersihan, kesucian, dan keindahan merupakan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT. Jika kita melakukan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT, tentu mendapatkan nilai di hadapan-Nya, yakni berpahala. Dengan kata lain, Kotor, jorok, sampah berserakan, lingkungan yang semrawut dan tidak indah itu tidak disukai oleh Allah SWT. Sebagai hamba yang taat, tentu kita terdorong untuk melakukan hal-hal yang disukai oleh Allah SWT.
2. Untuk mewujudkan kebersihan dan keindahan tersebut dapat dimulai dari diri kita sendiri, di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di lingkungan sekolah. Bentuknya juga sangat bermacam-macam, mulai dari membersihkan diri setiap hari, membersihkan kelas, menata ruang kelas sehingga tampak indah dan nyaman.Bila kita dapat mewujudkan kebersihan dan keindahan, maka kehidupan kita pasti terasa lebih nyaman.
 maka kemungkinan kita untuk meninggalkan anjuran itu sangatlah kecil, karena inagatlah dengan kita mengikuti hadist-hadist kebersihan, kita akan mendapatkan banyak sekali manfaat seperti terhindari kita akan menjadi pribadi yang sehat, insya Allah akan terbebas dari segala penyakit dan kita akan dicintai oleh Allah. karena telah difirmankan bahwa Allah SWT sangat menyukai dan mencintai apa-apa saja yang suci dan indah terutama para manusia. maka dari itu marilah kita untuk berbondong-bondong untuk menjaga kebersihan kita.



[1] agilibhnu.blogspot.com/

[2] www.perkuliahan.com/makalah-tentang-kebersihan-dalam-islam/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar